Karakteristik hubungan sosial kemasyarakatan yang terdapat di perkebunan terutama perkebunan kelapa sawit yang dimiliki oleh swasta maupun dimiliki oleh negara mempunyai ciri khas yang sangat berbeda dengan hubungan sosial kemasyarkatan didaerah lainnya terutama wilayah perkotaan. Salah satu yang masih sangat kental dan ini merupakan peninggalan zaman kolonial belanda, adalah budaya feodal.
Hubungan hierarki antara pimpinan dan bawahan sangat terlihat jelas, bahkan meliputi juga dengan anggota keluarga. Bahkan ada sebuah anekdot yang berlaku di Perkebunan Kelapa Sawit, yaitu bahwa di perkebunan kelapa sawit terdapat 2( dua) pasal yaitu (1) pimpinan tidak pernah salah, pasal (2) jika pemimpin salah maka lihat pasal 1.
Umumnya lokasi perkebunan kelapa sawit berada pada lokasi yang jauh dari pusat kota, bahkan cenderung berada didaerah pelosok, sehingga untuk memudahkan pemenuhan kehidupan sehari-hari umumnya masyarakat yang berada dilokasi perkebunan berbelanja ke kota terdekat dengan rentang waktu 1 pekan sekali.
Salah satu keunikan diperkebunan kelapa sawit swasta dan pemerintah adalah sistem pemberian upah. Pemberian upah diberikan dua kali dalam setiap bulan, dikenal dengan istilah gajian kecil dan gajian besar.
Gajian kecil diberikan pada pertengahan bulan dan gajian besar diberikan diawal bulan. Momentum gajian besar biasanya dimanfaatkan oleh pedagang keliling untuk berkunjung ke kebun guna menawarkan barang dagangan kepada karyawan kebun.
Kehidupan di perkebunan umumnya bersifat konsumtif, sehingga pada saat gajian besar,umumnya karyawan kebun segera membelanjakan uang untuk membelikan barang-barang yang mereka inginkan, dan ini menjadi peluang besar bagi pedagang keliling.
(Ulasan lengkap silakan baca Majalah SAWIT INDONESIA Edisi 15 Januari 2016 – 15 Februari 2017)