JAKARTA, SAWIT INDONESIA – Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) berpartisipasi aktif dalam pelestarian keanekaragaman hayati, mendorong pembangunan berkelanjutan, dan membina hidup berdampingan secara harmonis antara manusia dan lingkungan. Partisipasi ini diwujudkan dengan menghadiri pertemuan The 14th Southeast Asian Biosphere Reserves Network (SeaBRnet) yang diselenggarakan pada 13 – 15 November 2023 di Kota Kinabalu, Sabah, Malaysia.
Pertemuan yang mengusung tema “Memimpikan Masyarakat di Cagar Biosfer (CB) Hidup Selaras dengan Alam” tersebut menghadirkan para pemangku kepentingan di tingkat regional dan internasional. Pada pertemuan ini para pemangku kepentingan berbagi pengalaman, praktik terbaik, dan pendekatan inovatif yang meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekaligus menjaga integritas ekologi di kawasan penting ini.
Datuk Christina Liew selaku Minister of Tourism, Culture and Environment Sabah, Malaysia dalam salam sambutannya menyampaikan pentingnya melestarikan keanekaragaman hayati yang dikemas dalam topik Envisioning people in Biosphere Reserves Living in Harmony with Nature. “Pentingnya Cagar Biosfer dalam melestarikan keanekaragaman hayati, mendorong pembangunan berkelanjutan, dan membina hidup berdampingan secara harmonis antara manusia dan lingkungan,” katanya.
Guna menetapkan landasan ilmiah bagi peningkatan hubungan antara manusia dan lingkungannya secara global, Datuk Christina meminta kepada para pemangku regional untuk dapat berbagi pengalaman, praktik terbaik, dan pendekatan inovatif yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal sekaligus menjaga integritas ekologi.
Dalam pertemuan tersebut, Delegasi Indonesia yang diwakili Maman Turjaman menyampaikan informasi kepada seluruh peserta bahwa kepengurusan Man and the Biosphere (MAB) UNESCO periode 2023-2025 baru dilantik pada 19 Juli 2023. Dia mengatakan, saat ini Indonesia memiliki 20 cagar biosfer yang masih memerlukan pemutahiran dan pengelolaan database cagar biosfer di Indonesia.
Maman juga menyampaikan beberapa kegiatan yang akan dilaksanakan oleh MAB UNESCO Indonesia di masa yang akan datang. Pertama, menyelenggarakan Forum diskusi bersama Komite Nasional Indonesia untuk UNESCO (KNIU) pada tanggal 28-30 November 2023 di CB Bunaken, Sulawesi Utara. “Forum diskusi ini untuk membahas dan meninjau dokumen rencana pengembangan Cagar Biosfer Kepulauan berbasis LAP. Pada tahun 2024, akan ada program lanjutan yang membahas tentang CB Pegunungan dan Kepulauan/Kelautan,” kata Maman.
“Kedua, upaya harus diarahkan pada penyederhanaan kelembagaan organisasi pengelolaan CB, agar lebih mudah mengelola dan melaksanakan program-program CB melalui keputusan Pemerintah Daerah yang mempunyai kewenangan penuh dan menjamin tersedianya anggaran yang memadai untuk pelaksanaan LAP,” lanjutnya.
Ketiga, rencana pengembangan CB yang komprehensif dan lebih baik harus dibuat yang mencakup partisipasi kolaboratif dari berbagai pemangku kepentingan, untuk memastikan bahwa rencana pengembangan tersebut dapat dipraktikkan secara efektif dalam pengelolaan CB.
Keempat, peningkatan kapasitas bagi pengelola dan pemangku kepentingan CB untuk memahami dan mampu mengembangkan matriks LAP sehingga menghasilkan program yang dapat dilaksanakan dengan target keluaran yang jelas dan indikator yang terukur.
“Kelima, terdapat empat CB di Indonesia yang akan segera menjalani review berkala dan harus diserahkan dalam waktu dekat ke Kantor Pusat UNESCO di Paris. Di antaranya yaitu CB Leuser, CB Siberut, CB Tanjung Puting, dan CB Lore Lindu,” lanjut Maman.
Keenam, menyelenggarakan kegiatan 15th SEABrNET berikutnya di Cagar Biosfer Wakatobi, Provinsi Sulawesi Tenggara, Indonesia, di bulan April 2024.
Sebagai informasi, Program Man and the Biosphere (MAB) UNESCO adalah program ilmiah antar pemerintah yang bertujuan untuk menetapkan landasan ilmiah bagi peningkatan hubungan antara manusia dan lingkungannya secara global. Untuk pelaksanaan kerja interdisiplinernya di lapangan, MAB bergantung pada Jaringan Cagar Biosfer Dunia.
Sumber: brin.go.id