JAKARTA, SAWIT INDONESIA – Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) dan UKM Center Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Indonesia mengadakan peluncuran buku “Kilas Balik Program Pemberdayaan UKM Sawit Proses Mendorong UKM Sawit agar Naik Kelas” dan Talkshow “Peta Jalan Pengembangan dan Pembinaan UKM Sawit di Indonesia”, pada Selasa (7 Desember 2021), secara virtual dan offline.
Buku yang diluncurkan menjelaskan rekam jejak kolaborasi dua lembaga (BPDPKS dan UKM Center FEB-UI) dalam pendampingan UKM Sawit selama 2019, 2020, dan 6 bulan terakhir.
Kepala UKM Center FEB, Universitas Indonesia, T.M. Zakir Sjakur Machmud mengutarakan pihaknya mengapresiasi BPDPKS yang telah mempercayakan program pendampingan pada UKM Center FEB-UI dan pihak lain (Dinas Koperaasi, Asosiasi dan Pemda) yang telah mendukung jalannya program di lapangan.
“Buku yang diluncurkan kami persembahkan pada Indonesia, semoga menjadi pembelajaran khususnya dalam pengembangan sawit berkelanjutan,” ujarnya, saat memberikan sambutan.
Dijelaskan Zakir, meskipun UKM mendominasi landscap bisnis di Indonesia, namun hingga saat ini perkembangannya masih belum sesuai harapan. “Dan, pendampingan menjadi kata kunci agar UKM dapat/bisa berkembang dan berdaya apalagi dikondisi pandemi Covid-19. Pendampingan akan lebih terasa. Kolaborasi BPDPKS dan UKM Center FEB-UI merancang program dan pendampingan pada UKM Sawit di wilayah Pangakalan Bun, Kalimantan Tengah. Dengan semakin banyak UKM tentu ekonomi di daerah semakin berkembang,” jelasnya.
Kerjasama BPDPKS dan UKM Center FEB-UI untuk menunjang pencapaian visi dan misi BPDPKS melalui program promosi dan penguatan citra kelapa sawit Indonesia. Dalam kegiatan pendampingan UKM Sawit, kurang lebih ada 20 UKM yang terlibat/mengikuti program pelatihan dan pendampingan. Dan, melibatkan Universitas Antakusuma Pangakalan Bun sebagai fasilitator di lapangan.
Program pendampingan UKM Sawit yang dijalankan berhasil meningkatkan penjualan hingga 36% dan peningkatan keuntungan dari masing-masing usaha hingga 29%, serta sudah memiliki izin usaha (NIB) dan laporan keuangan yang sebagian sudah menggunakan aplikasi. Dan, hampir semua UKM yang terlibat sudah memiliki akun media sosial yang diaktifkan untuk bertransaksi.
“Keberhasilan tersebut menjadi bukti dari program yang kami rancang dan ini menjadi indikator kinerjanya. Fakta-fakta ini menunjukkan bahwa produk sawit bukan hanya milik perusahaan besar. Dan, kontribusi UKM cukup besar untuk ekonomi kerakyatan dan ekonomi wilayah Kalimantan Tengah,” jelas Zakir.
Pada kesempatan yang sama, Helmi Muhansyah Kepala Divisi Usaha Kecil Menengah dan Koperasi (UKMK), BPDPKS mengatakan banyak program yang dilakukan BPDPKS untuk memperkuat UKMK. Salah satunya kerjasama dengan Universitas Indonesia melalui program pendampingan UKMK Sawit yang sudah berjalan sejak 2019 lalu. “Tujuannya untuk pengembangan SDM sawit karena sawit memiliki kontribusi yang besar dalam perekonomian nasional. kami harap dengan capaian dan program UKMK sawit dapat menambah citra positif sawit,” kata Helmi.
“Saat ini, luasan lahan kebun kelapa sawit yang dikelola petani rakyat sekitar 41% dari total luasan 16,38 juta ha. Ini menjadi tugas bersama dan berkolaborasi untuk memberdayakan potensi yang ada. Sektor kelapa sawit berperan dalam SDG,s yaitu ekonomi,lingkungan dan penyerapan tenaga kerja,” imbuh Helmi.
Program pendampingan UKMK Sawit yang dijalankan mendapat sambutan baik dari pihak pemerintah yang disampaikan Teten Masduki, Menteri Koperasi dan UKM. “Pengembangan UKM dan Koperasi berbasis kelapa sawit harus terus dioptimalkan,” ujarnya, yang disampaikan secara virtual.
Saat ini, Indonesia memiliki luas perkebunan kelapa sawit terbesar di dunia dengan luasan 16,38 juta ha dari Sumatera hingga Papua. Dari data Direktorat Jenderal Perkebunan pada 2021 total produksi kelapa sawit mencapai 49,7 juta ton dan tenaga kerja yang terserap di industri kelapa sawit cukup banyak ada 16 juta pekerja langsung dan 12 juta tidak langsung. Sementara ekspor, sejak 2015 ekspor tumbuh USD 18,6 miliar hingga 2020 mencapai USD 24,2 miliar berkontribusi pada 15,6% dari total ekspor non migas.
“Peningkatan kualitas dan kuantitas kelapa sawit dapat dipenuhi melalui konsolidasi usaha salah satunya melalui korporasi petani. Petani memiliki kelembagaan dan tata kelola usaha yang kuat melalui koperasi yang terintegrasi dari hulu dan hilir, dari bahan baku dan peningkatan SDM, pembiayaan dan pasar agar memiliki daya tawar dan berskala ekonomi,” pungkas Teten.