Sebagai upaya meningkatkan pemberdayaan Usaha Kecil Menengah dan Koperasi (UKMK) di masyarakat, menjadi salah satu fokus Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) di tahun depan. Hal itu diutarakan Eddy Abdurrachan, Direktur Utama BPDPKS, pada press conference akhir tahun BPDPKS Kamis, 22 Desember 2022 di Jakarta.
Dijelaskan Eddy, jadi salah satu fokus BPDPKS di tahun mendatang adalah program peningkatan UKMK. Diketahui BPDPKS adalah Badan Layanan Umum (BLU) di bawah Kementerian Keuangan. Dan di KemenKeu juga ada satu program untuk UKMK yang disebut dengan KemenKeu Satu.
“Dalam hal ini, BPDPKS bekerjasama dengan unit-unit vertikal Kementrian Keuangan yang ada di daerah-daerah untuk program program UKMK. Memang tidak semata-mata hanya di sawit, tetapi bisa dikembangkan ke usaha lain yang berkaitan dengan UKMK,” jelasnya.
Pada 2022, BPDPKS realisasikan dana sebesar Rp 5,6 miliar untuk mendukung kegiatan pemberdayaan UKMK Sawit. Program ini melibatkan 450 UKMK dalam berbagai kegiatan yang bekerjasama dengan berkolaborasi dengan Perguruan Tinggi, Asosiasi Petani Sawit, Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN) dan bersama Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI.
Sebagai contoh, di Gresik ada satu UKMK yang berhasil yaitu berkaitan dengan sarang burung walet. Kebetulan dikerjakan oleh generasi Milenial. Berhasil mengembangkan miniman dari sarang burung walet berkolaborasi dengan Kementerian Keuangan sehingga mereka bisa melakukan ekspor.
Selanjutnya, Eddy menambahkan “Kemudian untuk usaha (UKMK) di sektor sawit, BPDPKS berkaitan dengan pengembangan usaha, salah satunya bekerjasama dengan ormas islam (NU). Kami masuk ke Pesantren yang mengembangkan potensi santrinya dengan program Santripreuner. Santri-santri ini dididik supaya bisa menjadi pengusaha entepreuner yang berkaitan dengan sawit. Selanjutnya, dari hasil riset sawit, dikembangkan agar bisa diproduksi langsung oleh UKMK. Sebagai contoh Hand Sanitizer kerjasama dengan IPB University bisa menghasilkan Hand Sanitizer yang kemudian produksinya minta UKMK untuk memproduksi,” kata Eddy.
“Adalagi hasil riset dari sawit malam (parafin), sebelumnya parafin yang digunakan oleh pengrajin baik terbuat dari minyak bumi. Dari hasil riset sawit, bisa diganti dengan malam yang berasal dari sawit. Jadi, itu beberapa contoh UKMK yang BPDPKS berdayakan. Ke depan kami akan terus mendorong UKMK agar lebih meningkat,” lanjutnya.
(Selengkapnya dapat dibaca di Majalah Sawit Indonesia, Edisi 134)