JAKARTA, SAWIT INDONESIA – Mandatori biodiesel B20 yang dijadwalkan berjalan pada tahun ini diharapkan terus berjalan. Pasalnya, semua pemangku kepentingan sawit menyatakan kesiapannya untuk mendukung program ini.
“Kami harapkan mandatori B20 jangan ditunda pelaksanaannya. Tidak boleh mundur. Dana pungutan masih aman sampai 10 bulan mendatang. Saya optimis katakan harga minyak tidak akan bertahan serendah ini,”pinta Bayu Krisnamurthi, Direktur Utama Badan Pengelola Dana Perkebunan (BPDP) Sawit, di Jakarta, Kamis (21/1).
Merujuk data BPDP sawit, total dana yang akan terkumpul tahun ini sekitar Rp 16,4 triliun. Terdiri dari masih ada dana sawit tahun 2015 Rp 6,9 triliun. Ditambah dana pungutan tahun ini yang diperkirakan Rp 9,5 triliun. Tahun lalu, sudah dibayarkan pembayaran dana biodiesel dan program lain sekitar Rp 534 miliar.
Menurut Bayu, dari perhitungan jika harga minyak dunia US$ 40 per barel dan harga CPO US$ 500 per ton maka perlu dana sekitar Rp 9,5 triliun. Sementara itu, dengan harga minyak dunia US$20 per barel dan harga CPO US$ 500 per ton, butuh dana sekitar Rp 16,5 triliun.
Peluang terjadinya kekurangan dana subsidi diakui Bayu karena pungutan CPO digunakan untuk menutupi selisih harga minyak bumi dan harga biodiesel. “Mungkin bisa terjadi kekurangan dana. Kami ini pelaksana saja, nanti akan dicarikan solusinya. Secepat mungkin, kami konsultasikan kepada untuk mengatasi masalah ini. Ketua dewan pengarah BPDP kan menko perekonomian,” ujar Bayu.
Sampai awal 2016, dalam waktu dua minggu, penyerapan biodiesel telah mencapai 107.000 kiloliter atau diperkirakan akan mencapai rata-rata 200.000 kiloliter per bulan.
Pada 2015 realisasi penyerapan biodiesel mencapai 863.000 kiloliter atau dengan rata-rata 72.000 kiloliter per bulan. Namun, pada tahun 2015 mulai 18 Agustus, subsidi dari APBN sudah tidak ada lagi untuk biodiesel. Jumlah ini lebih rendah dari tahun sebelumnya mencapai 1,78 juta kiloliter atau rata-rata 148.000 kiloliter per bulan, tetapi program biodiesel pada tahun 2014 menerima subsidi APBN.