Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (APKASINDO) menyampaikan sikap tegas kepada Uni Eropa untuk menghentikan diskriminasi sawit. Pasalnya, komoditas ini menjadi tulang punggung kehidupan petani di pedesaan.
Menyikapi kebijakan diskriminasi Uni Eropa terhadap sawit, pengurus DPP APKASINDO berinisiatif untuk bertemu H.E. Vincent Guerend, Duta Besar Uni Eropa untuk Indonesia dan Brunei Darussalam, pada awal Januari 2018 di Jakarta. Hadir dalam pertemuan ini tiga pengurus DPP APKASINDO yaitu Asmar Arsjad (Sekjen APKASINDO), Rino Afrino (Wasekjen APKASINDO), dan Kasriwandi (Ketua Bidang Advokasi dan Kelembagaan APKASINDO).
Rino Afrino menyampaikan tiga peran strategis kelapa sawit bagi rakyat Indonesia yaitu pemberantasan kemiskinan, pertumbuhan pedesaaan, kesempatan lapangan kerja. “Sekitar 30 juta orang bergantung hidup di perkebunan dan industri kelapa sawit,” ujarnya.
“Terkait isu isu lingkungan memang terdapat perbedaan terhadap pemahaman deforestasi dan penggunaan lahan gambut. Tetapi kami akan berupaya untuk menyamakan persepsi melalui fakta yang ada,” tambah Rino, petani sawit Riau ini.
Dalam pertemuan tersebut, Uni Eropa berjanji tidak akan memboikot sawit Indonesia disampaikan Duta Besar, H.E. Vincent Guerend. “Uni Eropa menyukai Crude Palm Oil (CPO) dari Indonesia, bahkan beberapa pelaku industri Eropa mengatakan fungsi CPO Indonesia tidak tergantikan,” jelasnya.
Selanjutnya, H.E. Vincent Guerend mengatakan Uni Eropa menjadi pasar nomor dua bagi CPO Indonesia. Dan, Uni Eropa tidak membenci buktinya tetap menggunakan dan menghargai manfaat sawit indonesia. Uni Eropa pasar terbuka. Fakta lain menunjukkan bahwa bea masuk antara 0%-10% berbeda dengan negara lain. Bukan itu saja, faktanya dalam kurun waktu 8-9 bulan ekspor CPO Indonesia meningkat 38 % dan volume ekspor tumbuh 19 %.
“Memang isu lingkungan menjadi perhatian Eropa, aspek sustanaibility jangan sampai mengganggu keseimbangan. Tentunya, permasalahan yang menyangkut industri kelapa sawit pasti ada win win solution Uni Eropa sangat menghargai komitmen Indonesia untuk menerapkan ISPO. Kami berharap ISPO dapat dilaksanakan secara konsekuen Uni Eropa siap bekerja sama mendukung dan memberi bantuan,” tambah Duta Besar Uni Eropa.
Terkait pernyataan tersebut, Rino Afrino dan pengurus lainnya sangat mengapresiasi pernyataan Duta Besar HE Vincent Guerend. Apalagi dia berjanji membantu industri sawit Indonesia dan berinisiatif untuk membantu perkebunan sawit rakyat menjadi sustainable.
Sementara itu dari daratan Uni Eropa dilaporkan bahwa Parlemen Eropa berupaya menghapuskan penggunaan biodiesel dari minyak sayur pada 2030 dan berbahan kelapa sawit, termasuk dari Indonesia, pada 2021.
Fungsi Ekonomi Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Brussel, Belgia, Andi Sparringga menyampaikan usulan yang bersumber dari Komite Lingkungan Hidup (ENVI) Parlemen Eropa bertentangan dengan prinsip kebebasan dan keadilan niaga sekaligus menjurus kepada terjadinya pemisahan kebijakan tanaman terhadap produk sawit di Eropa.