JAKARTA, SAWIT INDONESIA – Director Sarawak Tropical Peat Research Institute Lulie Melling, Ph.D menyatakan potensi gambut harus dimanfaatkan untuk kesejahteraan masyarakat lokal. Pemanfaatan gambut harus berbasis situasi di lapangan karena karakteristik gambut yang khas yang berbeda-beda dari satu area dan area lainnya.
Informasi ini diungkapkan dalam the Internasional Seminar on Tropical Peatland “Peatlands for Environment, Food, Fiber, Bio-energy and People” yang diselenggarakan Perkumpulan Masyarakat Gambut Indonesia (HGI), Kamis 21 Oktober 2021.
Lulie Melling juga menekankan konsep pengelolaan gambut yang berbasis penelitian gambut temperate yang memiliki empat musim, tidak bisa diterapkan di lahan gambut tropis seperti yang ada di Malaysia dan Indonesia.
“Dengan banyak karakteristik gambut, maka praktik terbaik pengelolaan gambut berbeda-beda. Tidak bisa gambut dikelola hanya berdasarkan sejarah atau data lama, apalagi jika ada agenda tersembunyi,” katanya.
Ditegaskan Lullie, tidak tepat jika ada lembaga atau LSM yang berkampanye soal pengelolaan gambut berdasarkan pengalaman masa lalu di Eropa.
Lulie Melling juga mengungkapkan, berbasi kajian di lapangan, wilayah Sarawak menerapkan teknik kompaksi gambut untuk kegiatan budidaya. Hasilnya lahan gambut lebih lembap, tidak mudah terbakar, sekaligus lebih produktif untuk kegiatan budidaya.
“Meningkatnya akivitas budidaya berdampak pada peningkatan penerimaan dari pajak dan efek ekonomi tidak langsung lainnya. Yang berarti ada lebih banyak kesempatan bagi anak-anak setempat untuk mengakses pendidikan yang lebih baik.
Ketua Umum HGI Profesor Supiandi Sabiham menyatakan berdasarkan data Kementerian Pertanian, masih ada sekitar 40% lahan gambut yang terlantar, tidak dikelola dan mengalami degradasi. Jika lahan tersebut dibiarkan maka bisa memicu kerusakan yang lebih parah juga kebakaran lahan yang akhirnya memicu isu negatif dalam pengelolaan gambut.
Oleh karena itu, Supiandi mengajak koleganya sesama peneliti untuk terus melakukan penelitian pemanfaatan gambut secara berkelanjutan.
“Mendukung pengelolaan gambut yang seimbang dari sisi produksi dan konservasi menjadi tantangan bagi seluruh peneliti,” katanya. *