Perwakilan perdagangan Indonesia di negara mitra mengajak lebih banyak eksportir, termasuk eksportir-eksportir pemula dan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), untuk melirik lebih banyak peluang yang dapat digarap di pasar Asia, Australia, dan Afrika. Kementerian Perdagangan berharap peluang pasar di kawasan-kawasan tersebut semakin dimanfaatkan untuk terus meningkatkan kinerja perdagangan Indonesia.
Hal tersebut mengemuka dalam serial webinar edukatif “‘Mengoptimalkan Potensi Pasar’ – From
KL to Sydney to Lagos” pada Senin (25/10). Webinar tersebut merupakan kerja sama Kemendag
dan Sekolah Ekspor.
Dalam webinar tersebut, hadir sebagai narasumber Atase Perdagangan Kuala Lumpur, Malaysia
Deden Muhammad Fajar Shiddiq; Kepala Indonesian Trade Promotion Center (ITPC) Sydney,
Australia Ayu Siti Maryam; Kepala ITPC Lagos, Nigeria Hendro Jonathan; dan Analis Perdagangan
Direktorat Jenderal Perdagangan Luar Negeri, Kemendag Hesty Syntia P.K.
Kepala Biro Hubungan Masyarakat Kemendag Ani Mulyati yang memberi pidato kunci menyatakan
optimismenya bahwa kegiatan ini dapat memberi semangat baru dalam menggencarkan ekspor
Indonesia ke wilayah Asia, Australia, dan Afrika. Hal itu termasuk mencetak lebih banyak anak
muda yang berkeinginan untuk berkecimpung di dunia ekspor.
“Webinar edukatif yang menggali potensi dagang Indonesia dengan kawasan dan negara
potensial akan memberi kesempatan lebih luas bagi calon eksportir dan eksportir pemula untuk
mempersiapkan diri dan mengekspor sebanyak-banyaknya. Usaha meningkatkan kinerja ekspor
secara berkelanjutan perlu kita gencarkan dengan mencetak eksportir-eksportir baru, khususnya
dari kalangan generasi muda dan UMKM,” ujar Ani.
Ani juga menyampaikan pencapaian ekspor Indonesia yang berkontribusi terhadap surplus neraca
perdagangan selama 16 bulan berturut-turut. Dalam 16 bulan itu, nilai surplus tertinggi dicatatkan
pada neraca perdagangan Agustus 2021 sebesar USD 4,75 miliar. Pada September 2021, neraca
perdagangan Indonesia telah mencatatkan surplus USD 4,37 miliar. Surplus tersebut ditopang oleh
surplus neraca nonmigas sebesar USD 5,30 miliar dan defisit neraca migas sebesar USD 0,93 miliar.
“Keberhasilan peningkatan ekspor Indonesia di tengah pandemi Covid-19 sejak tahun lalu
menunjukkan bahwa kerja bersama yang kita galang selama masa sulit telah menunjukkan hasil
yang menggembirakan. Momentum ini perlu kita pertahankan dengan meningkatkan ekspor di
masa-masa mendatang, salah satunya dengan cara mencetak lebih banyak eksportir,” kata Ani.
Sementara itu, Kepala Sekolah Ekspor Handito Joewono mengapresiasi keikutsertaan Kemendag
yang memberi informasi tentang upaya membuka pasar ekspor di Malaysia, Australia, dan Nigeria.
“Kita bersyukur webinar edukatif ini kita tidak hanya memberi pencerahan, tetapi juga
menunjukkan potensi bisnis. Hal ini bermanfaat baik bagi pelaku usaha yang belum besar, UMKM,
dan calon-calon pebisnis,” ungkap Handito.
Potensi Pasar Malaysia, Australia, dan Nigeria
Atase Perdagangan Kuala Lumpur Deden Fajar Muhammad Shiddiq dalam webinar menyampaikan, pasar Malaysia tidak kalah potensial dari pasar-pasar yang secara geografis lebih jauh dari Indonesia. “Pasar Malaysia adalah pasar yang baik bagi eksportir pemula, karena selain dekat secara geografis, pasar Malaysia memiliki banyak kesamaan dengan pasar Indonesia baik dari sisi demografi maupun budayanya. Selain itu, persyaratan ekspor ke Malaysia yang tidak seketat ke negara maju menjadi keunggulan tersendiri untuk menyasar Malaysia sebagai tujuan eskpor,” ungkap Deden.
Sementara itu Kepala ITPC Sydney Ayu Siti Maryam mengatakan, saat ini peluang produk-produk
Indonesia untuk masuk ke pasar Australia juga terbuka lebar karena masyarakat Australia sudah
lebih akrab dengan produk-produk Asia. Selain itu, eksportir dan calon eksportir Indonesia akan
mendapat banyak manfaat dari persetujuan Indonesia–Australia Comprehensive Economic
Partnership Agreement (IA–CEPA). Karena, persetujuan tersebut mengeliminasi bea masuk ke
Australia untuk 6.476 pos tarif dengan menggunakan surat keterangan asal (SKA). “Manfaatnya
banyak. Harga akan menjadi lebih kompetitif. Misalnya produk kayu atau home decor Indonesia
akan dapat lebih bersaing secara harga dengan produk sejenis dari negara lain,” ungkap Ayu.
Di sisi lain, Kepala ITPC Lagos Hendro Jonathan mengatakan, produk-produk Indonesia banyak
mencatatkan keberhasilan di pasar Nigeria. Produk-produk tersebut misalnya produk kecantikan
seperti bulu mata, rambut palsu, hingga produk-produk spa. “Wanita-wanita di Nigeria sangat
menyukai rambut-rambut panjang imitasi dari Indonesia dan produk bulu mata. Masyarakat
Nigeria juga menyukai rempah-rempah dan produk makanan Indonesia,” ungkap Hendro.
Analis Perdagangan Direktorat Jenderal Perdagangan Luar Negeri Kemendag Hesty Syntia P.K.
memaparkan informasi tentang penggunaan dokumen keterangan asal seperti SKA dan certificate
of origin (COO) untuk mendapatkan tarif preferensi ke negara-negara mitra. “Keuntungan
menggunakan dokumen keterangan asal adalah fasilitas tarif preferensi yang lebih rendah dari
tarif umum, sehingga produk Indonesia akan lebih bersaing di pasar negara tujuan,” kata Hesty.
Sumber: kemendag.go.id