Asian Agri punya pendekatan yang baik dalam membangun kemitraan dengan petani. Sukses membina plasma, perusahaan memperluas kemitraan dengan petani swadaya ditargetkan 60 ribu hektar sampai tahun 2020.
Asian Agri punya pengalaman panjang dalam membangun kemitraan bersama petani. Bekal pengalaman ini telah terbangun semenjak pola kemitraan antara perusahaan dengan petani plasma melalui program Perkebunan Inti Rakyat (PIR)-Trans sejak 1987. Dalam wawancara dengan Kelvin Tio, Managing Director Asian Agri, dikatakan bahwa keberhasilan program kemitraan bersama petani karena kemitraan telah menjadi bisnis model perusahaan dan juga bagian dari rantai pasok bisnis.
“Kemitraan bagi perusahaan bukan sebatas program sosial seperti CSR. Tetapi menjadi bagian supply chain kami,” jelas Kelvin Tio.
Dalam pembangunan kemitraan, Asian Agri bukan difokuskan kepada penambahan luasan lahan petani mitra. Melainkan ingin membantu peningkatan produktivitas dan kesejahteraan petani swadaya. Kelvin Tio menjelaskan rendahnya produktivitas sawit petani plasma menjadi perhatian perusahaan supaya persoalan tersebut dapat terselesaikan. “Kami selama 28 tahun terakhir berpengalaman dan bekerjasama dengan baik bersama mitra plasma. Itu sebabnya, pengalaman ini dapat dibawa ke petani swadaya,” kata Kelvin.
Dalam Buku kajian Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) berjudul Menumbuhkembangkan Kemitraan Pertanian: Lesson Learned Model Kemitraan Petani Asian Agri,yang diterbitkan Oktober 2017 disebutkan produktivitas lahan petani plasma Asian Agri mencapai 21,4 ton per hektar per tahun. Pencapaian ini tidak jauh berbeda dengan produktivitas kebun inti yang mencapai 23,5 ton per hektar per tahun.
Kesuksesan membangun plasma inilah yang diperluas kepada perkebunan petani swadaya. Asian Agri telah membangun pendekatan semenjak tahun 2012. Di tahun tersebut, lahan swadaya yang bermitra dengan perusahaan seluas 2.791 hektar di dua provinsi: Riau dan Sumatera Utara. Pada 2013, luas swadaya bertambah seluas 6.044 hektar tersebar di tiga provinsi yaitu Riau, Sumatera Utara, dan Jambi. Sampai tahun 2016, Asian Agri telah menggandeng perkebunan swadaya seluas 24.500 hektar.
“Sampai akhir tahun ini, ditargetkan 30 ribu hektar lahan petani swadaya menjadi mitra perusahaan,” ujar Pengarapen Gurusinga, Head Partnership Asian Agri.
Untuk memperluas kemitraan petani plasma dan swadaya, Asian Agri menjalankan program kemitraan One to One Commitment. Strategi ini bertujuan mewujudkan pendampingan dan pemberdayaan petani yang total luas perkebunannya sebanding dengan luas perkebunan milik Asian Agri, sebagaimana dijelaskan dalam situs perusahaan. Hingga tahun ini, Asian Agri menjalin kemitraan dengan petani plasma dengan total perkebunan seluas 60.000 hektar dan akan memperluas kemitraan dengan petani swadaya hingga mencapai total 40.000 hektar sampai 2018. Sementara itu, kemitraan dengan petani swadaya sampai November 2017 telah mencapai lebih dari 28.000 hektar.
Maria Sidabutar Head of Corporate Communications Asian Agri, mengatakan pendekatan kemitraan dilakukan dengan berbagai upaya seperti kegiatan studi banding perkebunan, pelatihan bercocok tanam dan pemupukan, serta mendorong pembentukan wadah bagi para petani swadaya dalam kelompok petani. Pembentukan kelembagaan petani merupakan syarat utama pola kemitraan petani yang turut mendukung pencapaian anggota petani.