Pemerintah diharapkan memberikan perhatian besar kepada para petani lantaran kepemilikan lahan petani mencapai 43% dari total luas perkebunan sawit di Indonesia. Arif Purwoko berpandangan masih banyak petani yang tidak mengetahui teknik perawatan kebun lantaran minimnya tenaga penyuluh pertanian yang masuk ke wilayah perkebunan petani.
Tenaga penyuluh, kata Arif, berperan penting untuk melatih petani bagaimana caranya pembukaan lahan yang baik tanpa pembakaran. Tak hanya itu, petani bisa diberikan informasi mengenai pemupukan dan perawatan lahan. “Harus ada pendampingan mulai dari pembibitan hingga tata kelola panen. Jadi sustainable di sana berjalan dengan baik,” tuturnya.
Palma Serasih Group merupakan perusahaan perkebunan kelapa sawit yang sedang tumbuh dan berkembang, areal plasma yang sudah terbuka sampai dengan saat ini sebesar 27 % dari total areal yang tertanam. Peraturan pemerintah mensyaratkan minimal 20 persen dari luas areal yang dibuka.
“Produksi kebun plasma kami sangat bagus karena ini menjadi prioritas perusahaan. Kami ingin maju bersama petani plasma,” kata Arif yang sudah 27 tahun lamanya bergelut di perkebunan sawit.
Dalam aspek lingkungan, perusahaan telah menjalankan beberapa langkah seperti kegiatan identifikasi dan perlindungan kawasan bernilai konservasi tinggi yang bekerjasama dengan Sonokeling Akreditas Nusantara, The Borneo Orangutan Survival Foundation (BOS), dan The Nature Conservacy (TNC). “Tahun ini, perkebunan kami sedang disertifikasi ISPO oleh PT AJA. Audit memasuki tahap 2 pada Mei-Juni 2016,” jelasnya.
Ditemui di kantornya yang berlokasi di kawasan Kuningan, Arif Purwoko didampingi Sulung Raspati, GM Human Capital Corporate Services PT Anugerah Energitama. Tim SAWIT INDONESIA mendapatkan banyak informasi mengenai praktik sawit berkelanjutan yang telah dijalankan perusahaan. Berikut ini petikan wawancaranya:
Bagaimana cara perusahaan membangun kemitraan dengan petani?
Pertama, kami akan mengurus legalitas dan perijinan mulai dari izin prinsip, izin lokasi, amdal, izin usaha perkebunan, izin pendaratan alat berat, ijin pemanfaatan kayu. Dalam aturan pemerintah sudah diatur kewajiban pembangunan plasma minimal 20 persen dari lahan yang dibuka.
Kami juga memperhatikan desain DAS (Daerah Aliran Sungai) disesuaikan regulasi. Selain itu, pembukaan lahan untuk inti dan plasma dilakukan tanpa membakar. Kami melibatkan masyarakat dalam pembangunan kebun seperti pembuatan jalan, rumah dan transportasi TBS.
Kuncinya seringkali saya katakan bahwa kita harus berperan aktif apabila ingin sukses.
Seperti apa bentuk keaktifan perusahaan?
Pembangunan kebun plasma bersamaan dengan pembangunan kebun inti. Dalam hal ini, kami banyak membantu, membimbing dan mendukung pembentukan koperasi sebagai wadah dalam kemitraan. Kemudian, kami juga melakukan pembinaan dalam kegiatan koperasi.
Tahun ini, produksi kebun plasma kami lebih bagus dari kebun inti. Karena memang plasma ini kami prioritaskan. Ini menjadi komitmen yang kami tunjukkan kepada pemerintah daerah setempat. Program plasma ini tidak akan kami abaikan. Kalau program plasma sampai gagal maka berpengaruh kepada kebun inti (perusahan).
Apa arti Sustainable bagi perusahaan?
Sustainable itu bukan hanya mengelola sawit secara lingkungan saja. Melainkan mencakup aspek lainnya seperti legalitas, pemberdayaan ekonomi berkelanjutan, tanggung jawab terhadap pekerja & komunitas di sekitar kebun, kerjasama dengan pemerintah misalkan menjalankan program konservasi di areal bernilai konservasi tinggi (NKT). Identifikasi Nilai konservasi Tinggi telah dilakukan dengan bekerjasama dengan PT Sonokeling Akreditas Nusantara
Dalam program perlindungan orangutan, kami menggandeng The Borneo Orangutan Survival Foundation (BOS) untuk melindungi dan merawat semua keanekaragaman hayati di lokasi sekitar perusahaan. Lalu, ada kerjasama dengan The Nature Conservacy (TNC) dalam pengelolaan hutan konservasi wehea di Wahau. Sementara Sertifikasi ISPO, perusahaan telah menunjuk PT AJA sebagai Lembaga Sertifikasi resmi dari komisi ISPO, Mei-Juni 2016 dilakukan audit tahap 2.
Tantangan apa yang dihadapi perusahaan dalam menjalankan tata kelola sawit yang sustainable?
Tantangannya yaitu regulasi pemerintah kerap berubah. Lalu dalam mendapatkan izin sering sulit. Di lapangan, masih terjadi tingkat kesadaran hukum dari masyarakat masih rendah. Itu sebabnya, kami menggandeng tokoh masyarakat dan warga sekitar perkebunan ikut andil dan terlibat dalam praktik sawit yang sustainable.
Apa keuntungan yang didapat perusahaan dalam implementasi praktik keberlanjutan di perkebunan?
Tentu ada yaitu meningkatkan daya saing produk kita, dan meningkatkan perekonomian masyarakat sekitar karena telah tertata dengan baik. Lalu, meminimalkan munculnya masalah sosial dan keselamatan kerja yang lebih terjamin. Karena tidak ada perusahaan perkebunan sawit yang akan maju tanpa memperhatikan lingkungan. Tentu memperhatikan lingkungan dengan lebih terkelola menjadikan kondisi kerja lebih aman. Kalau tidak ada, unsafe condition berpotensi menyebabkan kecelakaan. Ekosistem kebun juga terjaga. Dan stakeholder juga bisa maju bersama sesuai peranan masing-masing.
(Selengkapnya baca Majalah SAWIT INDONESIA Edisi 15 Mei-15 Juni 2016)