JAKARTA, SAWITINDONESIA – APRIL Group, perusahaan terintegrasi pulp dan kertas, mengumumkan langkah-langkah baru untuk memastikan kegiatan deforestasi dan penggunaan lahan gambut dihilangkan dari rantai pasoknya melalui Kebijakan Pengelolaan Hutan Berkelanjutan (Sustainable Forest Management Policy/SFMP) 2.0.
“Ini adalah langkah besar kami dalam 15 tahun perjalanan keberlanjutan. Kebijakan ini adalah mengenai peniadaaan deforestasi dari rantai pasok kami dan membangun komitmen jangka panjang terhadap konservasi. Kami memberikan kegiatan konservasi, manfaat sosial dan ekonomi bagi Indonesia dan masa depan yang keberlanjutan untuk perusahaan dan pelanggan kami,” kata Praveen Singhavi, Presiden APRIL Group dalam siaran persnya.
Hampir 15 tahun lalu, APRIL Group telah menjadi pionir penerapan sistem lacak balak (Chain of Custody/CoC) guna memastikan tidak ada kayu illegal masuk ke pabrik pengolahannya. Pada 2005, APRIL merupakan perusahaan pertama yang dengan sukarela mengadopsi pengukuran konservasi (conservation assessment) untuk melindungi hutan hujan di areal konsesinya. Pada 2013, APRIL Group memulai program eko-restorasi, saat ini luasnya mencapai 70.000 ha dari yang sebelumnya merupakan lahan terdegradasi. Pada 2014, APRIL meluncurkan SFMP, yang kemudian berkembang menjadi SFMP 2.0 yang diumumkan hari ini.
Program SFMP menelurkan enam langkah APRIL Grup yang berkaitan dengan tata kelola bisnisnya. Pertama, tidak akan melakukan pengembangan baru di atas lahan gambut atau lahan gambut berhutan. Kedua, menambahkan pengukuran Stok Karbon Tinggi (High Carbon Stock/HCS), selain pengukuran Nilai Konservasi Tinggi (High Conservation Value/HCV) yang telah dilakukan selama ini.
Ketiga, memperkuat konservasi bentang alam dimana Perusahaan akan menyediakan area konservasi seluas 480,000ha dari luas hutan tanaman yang dimiliki, 70% diataranya telah selesai dikonservasi. Keempat, memperkuat pengelolaan lahan gambut dengan membangun Satuan Kerja Ahli Gambut (Peat Expert Working Group/PEWG); akan mengamati dan melaporkan jejak karbon.
Kelima,memperkuat program pengentasan kemiskinan, penciptaan lapangan kerja, akses pendidikan dan Hak-Hak Persetujuan Atas Dasar Informasi Tanpa Paksaan (PADIATAPA/FPIC). Terakhir, memperkuat kemitraan dengan Lembaga Swadaya Masyarakat.
Siti Nurbaya Bakar, Menteri Lingkungan dan Kehutanan dalam kata sambutannya yang dibacakan Ida Bagus Putera, Dirjen Pengelolaan Hutan Produksi Lestari, memberikan apresiasi tinggi kepada APRIL Group atas pencapaian kemajuan yang signifikan dalam pengelolaan hutan berkelanjutan di Indonesia. Kolaborasi ini menunjukan bahwa APRIL sebagai sektor swasta, termasuk pemerintah dan kelompok-kelompok masyarakat sipil dapat berkerja sama untuk mencapai hasil yang kuat untuk Indonesia.
SFMP 2.0 mengkonsolidasikan langkah-langkah untuk memonitor dan memverifikasi kepatuhan, yang disertai dengan laporan kemajuan secara teratur dan tinjauan pihak ketiga terhadap pelaksanaan di lapangan. Kebijakan APRIL yang telah ditingkatkan ini mencerminkan kerangka keberlanjutan dari Royal Golden Eagle (RGE) Group.
“Komitmen APRIL yang ditingkatkan menunjukan bentuk kepemimpinan, dimana kegiatan usaha dapat berperan dalam menciptakan masa depan Indonesia yang kuat. Sebuah masa depan yang menyeimbangkan pembangunan ekonomi dan lingkungan yang penting,” pungkas Anderson Tanoto, Direktur RGE.