JAKARTA, SAWIT INDONESIA – Kemitraan antara petani dan perusahaan dapat menjadi jalan keluar bagi peningkatan produktivitas serta harga sawit yang berkeadilan. Ada beberapa konsep kemitraan yang dapat dijalankan sesuai kebutuhan petani sawit saat ini.
Hal ini diungkapkan Gulat ME Manurung, Ketua Umum Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (APKASINDO) saat dihubungi melalui telepon di Yogyakarta, Senin (2 September 2019).
Menurutnya ada tiga aspek penting yang dapat dirasakan dari kemitraan bersama perusahaan. Pertama, petani mendapatkan kepastian harga TBS bulanan di tingkat provinsi. Kedua, implementasi tata kelola sawit berkelanjutan dapat dipastikan berjalan.
“Berikutnya, program tanggung jawab sosial perusahaan dapat dirasakan langsung oleh petani. Dampaknya lebih dahsyat,”ujarnya.
Dari aspek harga, dicontohkan Gulat, petani dapat langsung mendapatkan harga yang lebih baik dibandingkan non bermitra. Oleh karena itu, petani dapat memotong jalur perantara (pedagang pengepul).
Amin Nugroho, petani sawit di Kalimantan Selatan, mengatakan pola kemitraan memiliki tantangan sekaligus peluang untuk memajukan sawit Indnonesia. Strategi bermitra merupakan win win solution dalam rangka menjawab Inpres 8/2018 mengenai Penundaan dan Evaluasi Perizinan Perkebunan Kelapa Sawit serta Peningkatan Produktivitas Perkebunan Sawit melalui program intensifikasi.
Ditinjau dari peluang, perkebunan sawit petani sebesar 42 persen dari total luasan nasional. Selain itu, ada ketergantungan ekonomi petani terhadap sawit yang berdampak bagi ekonomi nasional.
Pemahaman dan kompetensi petani juga mengarah lebih baik. Menurut Amin, petani sawit sudah mengarah menjadi petani profesional melalui kelembagaan dan praktik pola agronomi terbaik seperti bibit unggul dan perawatan tanaman.
“Harapan kami juga, CSR perusahaan dapat dirasakan petani melalui beasiswa dan program pemberdayaan masyarakat lainnya,” jelas Amin.
Menurut Gulat, arah kemitraan yang dapat dijalankan bersama Perusahaan Sawit, atau langaung dengan organisasi GAPKI, jadi tidak sebatas jual buah melainkan bermitra penuh atau 100%. GAPKI dengan Apkasindo adalah dua organisasi sawit Indonesia yang saling membutuhkan, jadi harus saling terbuka untuk membangun kerjasama dalam banyak hal.
Ada dua model konsep yang ditawarkan Apkasindo kepada korporasi kelapa sawit, yaitu kemitra petani dalam wadah koperasi bersama perusahaan. “Karena anggota Apkasindo tidak hanya petani swadaya. Ada ratusan koperasi petani berhimpun lewat Apkasindo di 22 Provinsi perwakilan Apkasindo. Tantangan selama ini tidak banyak koperasi membuka diri untuk bermitra, karena keterbatasan akses,
tapi bersama Apkasindo semua jadi terbuka,”jelas Gulat.
Kedua, pola kemitraan melalui penjualan buah sawit. Sebab, perusahaan memerlukan juga petani sawit dalam bagian rantai pasoknya. Kemitraan ini dapat menekan dampak sosial kecemburuan dari dua kelompok Petani, Petani Plasma dan Petani Swadaya. “Melalui kemitraan inilah menjadikan sawit bagian kepentingan bersama bukan kepentingam sepihak,” jelas Gulat.
Menurut Gulat, konsep kerjasama kemitraan dapat dilakukan di 116 DPD Apkasindo tingkat kabupaten ataupun 22 DPW Apkasindo di provinsi. Dengan begitu, pendataan akan lebih cepat jika melibatkan Apkasindo. Kerjasama ini merupakan bagian tindaklanjut MoU antara Gapki dengan Apkasindo di Bali pada 2017 lalu.
“Harapan jangka panjang, bahwa kemitraan dengan korporasi Perusahaan ini akan membantu petani maupun koperasi menuju Konsep sawit berkelanjutan, jadi manfaat kemitraan ini akan sangat dasyat dirasakan Petani maupun Koperasi,” ujar Gulat yang juga merupakan Auditor ISPO.