JAKARTA, SAWIT INDONESIA– APKASINDO (Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia) menghadiri dialog bersama Duta Besar Uni Eropa untuk Indonesia, Vincent Piket dan enam kedutaan besar negara-negara dari Benua Eropa antara lain Jerman, Spanyol, Norwegia, Belanda, Belgia, dan Inggris. Pertemuan ini diinisiasi oleh The Amsterdam Declarations Partnership yang berlangsung di Jakarta, Kamis (2 Juni 2022).
Ketua Umum APKASINDO Dr. Ir. Gulat Manurung, MM., C.APO.,C.IMA menguraikan aspek pentingnya keberlanjutan sawit bagi petani. Ditekankan bahwa petani sawit APKASINDO percaya 3 tiang utama dalam keberlanjutan adalah ekonomi, sosial dan lingkungan.
“Ketiga aspek ini adalah kesatuan utuh dan tidak bisa dipisahkan dan kami petani ada sebagai penopang utamanya,” ujar Gulat dalam pertemuan tersebut.
Pertemuan ini dihadiri Vincent Piket (Dubes Uni Eropa untuk Indonesia), Ina Lepel (Dubes Jerman untuk Indonesia), Francisco de Asis Aguilera (Dubes Spanyol untuk Indonesia), Rut Kruger Giverin (Dubes Norwegia untuk Indonesia), Lars Bo Larsen (Dubes Inggris untuk Indonesia). Adapun Dubes Belanda untuk Indonesia diwakili Konselor Jost Hendrik van Uum dan Dubes Belgia untuk Indonesia diwakili Sekretaris Pertama Sarah Gerard.
Gulat mengatakan selama ini petani sawit pun telah memikirkan aspek keberlanjutan secara umum dalam praktek berkebun sehari -hari, dengan standarisasi pemerintah yang diikuti panduan dan benchmark yang jelas. “Agar ke depan nya petani sawit bisa setara dengan GAPKI, sesuai arahan dan harapan Ibu Musdalifah” ujar Gulat lebih lanjut.
Lebih lanjut Gulat menyatakan keinginan petani sawit Indonesia untuk berkomunikasi dengan petani lain di masing-masing negara yang hadir pada hari ini, guna menyelaraskan pengetahuan dan pandangan masing-masing mengenai keberlanjutan. Tentu ada plus minusnya masing-masing negara mengenai keberlanjutan ini.
Menutup penjelasannya, Gulat pun mengundang para Dubes dan peserta pertemuan yang lain untuk mengunjungi petani sawit di Riau, Sumatera Utara atau Kalimantan Tengah, sebagai penghasil no.1 dan no.3 sawit di Indonesia.
“Supaya bapak dan ibu sekalian bisa melihat lebih jelas, kebun kami dan hidup kami sebagai petani sawit yang sangat menjunjung ketiga konsep tersebut” tutup nya. Saya sangat mengapresiasi pertemuan ini untuk saling terbuka, saling membutuhkan dan memandang sawit itu sebagai tanaman yang sangat produktif dalam menopang dan menyediakan sumber energi selain pangan,” jelasnya.
Dari pihak Indonesia, hadir Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Dr Musdhalifah Machmud, Kantor Deputi III Bidang ekonomi KSP RI,Panutan Sulendrakusuma, Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), Joko Supriyono, dan IDH The Sustainable Trade Initiative, dan Partnership For Indonesia Sustainable Agriculture, Fitrian Ardiansyah. Dari APKASINDO hadir pula Dr (cn) Rino Afrino, Sekjen DPP APKASINDO dan Golda Mektania,Pengurus DPP APKASINDO.
Dalam pertemuan yang dikoordinasi oleh Duta Besar (Dubes) Denmark Lars Bo Larsen selaku ketua AMP tahun ini, meminta pandangan dan tanggapan semua pihak dalam industri hulu-hilir sawit Indonesia dan komitemen berkelanjutan.
Musdhalifah Machmud selaku Deputi Kemenko Perekonomian Bidang Pangan dan Pertanian menjabarkan komitmen pemerintah melalui penerbitan peraturan seritifikasi ISPO (Indonesia Sustainable Palm Oil), Rencana Aksi Nasional Perkebunan Kelapa Sawit Berkelanjutan, dan program pengembangan Program Pengembangan Lanskap Berkelanjutan.
Ditekankan Musdhalifah bahwa dari kesemua program, pemerintah harus mempertimbangkan beberapa aspek sebagai tolak ukur keberhasilan yaitu sosial, ekonomi, dan lingkungan.
Dari sudut pandang pebisnis, Ketua Umum GAPKI Joko Supriyono menjelaskan komitmen usaha dari sektor bisnis. Sebagai pelaku, tentu anggota GAPKI mengikuti standard ISPO bahkan RSPO. Sebagai bagian dari industri, GAPKI juga menggalakan kemitraan dengan petani sawit sebagai salah satu dominasi di sektor hulu.