JAKARTA, SAWIT INDONESIA – Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (APKASINDO) memberikan sejumlah usulan berkaitan pembentukan Direktorat Sawit yang saat ini tengah dipersiapkan pemerintah melalui Direktorat Jenderal Perkebunan Kementerian Pertanian.
Asosiasi petani sawit yang tersebar di 22 provinsi sentra perkebunan kelapa sawit ini, menyambut baik rencana pembentukan Direktorat Sawit.
“Sebenarnya gagasan ini sudah lama, tetapi pak Dirjen Perkebunan yang baru dilantik ini lebih terbuka menyampaikan karena beliau sudah memahami dan membuat Roadmap, dan memahami permasalah yang dihadapi sektor perkebunan sawit, terkhusus perkebunan sawit rakyat. Makanya, melangkah merencanakan mendirikan Direktorat sawit,” kata Ketua Umum APKASINDO, Dr. Gulat ME Manurung, MP, CIMA, saat bertemu di Bali, di sela-sela acara “Sosialisasi Penerapan Tarif Layanan BLU BPDPKS Terhadap Perkebunan dan Industri Sawit Berkelanjutan”, Rabu (31 Agustus 2022).
Menurutnya sektor perkebunan kelapa sawit menjadi tulang punggung bagi perekonomian nasional untuk itu harus kuat dalam pengelolaannya.
“Sebenarnya, sektor perkebunan kelapa sawit tidak cukup hanya diurus selevel Direktorat, sudah pernah kami usulkan saat RDP dengan Komisi IV DPR RI maupun saat rapat dengan Wakil Presiden pada awal sebelum pandemi,” ujar Gulat.
“Saat itu, kami mengusulkan ada Kementerian Sawit atau paling tidak dibentuk Ditjen Perkebunan Sawit, tapi yang sekarang dipersiapkan akan dibentuk Direktorat Sawit di bawah Ditjen Perkebunan. Meski begitu, kami (petani sawit) mensyukuri rencana dibentuknya Direktorat Sawit. Nantinya, dengan adanya Direktorat Sawit maka urusan sawit akan lebih efektif dan rantai komunikasinya akan lebih cepat. Kalau ada sesuatu (masalah) yang terjadi di sisi hulu hingga hilir sektor sawit,” imbuhnya.
Sulit dipungkiri, jika sektor perkebunan kelapa sawit berkontribusi pada perekonomian nasional. Bahkan, dimasa pandemi sektor perkebunan sawit masih mampu bertahap di saat industri lain banyak yang terdampak.
Data dari Kementerian Koordinator Perekonomian, pada 2021 mencatat, kontribusi sawit pada perekonomian sebesar 15,6 persen terhadap total ekspor non-migas, dan 3,5 persen terhadap PDB nasional. Selain itu, industri sawit juga memperkerjakan 16,2 juta pekerja. Dan, mampu mendorong kemandirian energi, mengurangi emisi gas, juga mengurangi impor solar atau diesel sebesar Rp38 triliun di tahun 2020. Sedangkan tahun ini dengan adanya program B30 diperkirakan terjadi penghematan devisa sebesar Rp56 triliun.
Selanjutnya, Gulat mengatakan ke depan pihaknya berharap Direktorat Sawit juga membagi Kepala Bidang Sawit Rakyat dan Sawit Korporasi. “Tujuannya untuk mempermudah rencana-rencana yang dibuat untuk mempercepat urusan sawit, terutama urusan sawit rakyat,” pintanya.
Selain itu, lanjutnya, Direktorat Sawit juga menyediakan ruangan khusus bagi asosiasi-asosiasi sawit untuk bertemu atau rapat. Asosiasi-asosiasi sawit jangan disamakan dengan asosiasi tanaman lain karena asosiasi sawit lebih berdinamika jadi harus diimbangi dengan fasilitas pendukung.
“Banyak pekerjaan (PR) di sektor sawit yang harus segera dikerjakan melalui kekhususan Direktorat Sawit. Kami juga berharap, pimpinan (Direktur) di Direktorat Sawit jangan menunjuk orang yang tidak paham sawit. Sektor sawit tantangannya cukup berat, jadi Direkturnya harus memiliki mental petarung. Dan, dikenal orang-orang yang saat ini sudah berkecimpung di sektor perkebunan sawit. Kalau dipilih orang yang tidak paham sawit nanti butuh waktu untuk beradaptasi,” harap Gulat yang menjadi Auditor ISPO.
Ditambahkan Gulat, pendirian Direktorat Sawit sudah tepat dan segera diresmikan. Banyak pekerjaan yang harus dikerjakan di sektor sawit. Salah satunya, terkait sustainability (mandatory ISPO) yang menyentuh petani sawit. Secara regulasi akan diberlakukan pada 2025 mendatang dengan memberlakukan ISPO pada petani sawit. Apa yang sudah dilakukan untuk petani sawit untuk mempersiapkan ISPO petani sawit 3 tahun mendatang?
“Oleh karena itu, kami sedang merancang ISPO dibagi dua yaitu Absolute Sustainable (untuk perusahaan) dan Relative Sustainable (untuk petani sawit). Relative Sustainable ini dibagi kelasnya misalnya bagi petani sawit yang sudah ISPO, masuk pada klaster ISPO Diamond, ISPO Gold, ISPO Silver dan ISPO Iron, sambil berjalan dibenahi. Dan, ini memang perlu pengelompokan-pengelompokan khusus,” jelasnya.