Jakarta, SAWIT INDONESIA – Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (APKASINDO) berharap kepada pemimpin Indonesia selanjutnya untuk merealisasikan kepastian regulasi dan didirikannya badan khusus sawit nasional. Hal tersebut urgen dilakukan, sebab, saat ini tidak kurang dari 37 kementerian/lembaga yang mengurusi sawit.
Seperti diketahui, Pemilu akan dilaksanakan secara serentak pada 14 Februari 2024 mendatang. Dr. Gulat ME Manurung, MP, CIMA, Ketua Umum DPP APKASINDO mengajak semua pihak agar menjaga kondusifitas sawit nasional. Sebab, kata dia, dalam 5 tahun terakhir hampir Rp780 triliun kontribusi sawit terhadap devisa negara tiap tahunnya.
“Tidak cukup kita saja karena semua menikmati. Kita itu devisa terbesar 5 tahun terakhir dari sawit hampir 780 sekian triliun. Multiplier effectnya yang brilian mencapai 2,04, juga melibatkan 34 juta [orang] dari ring satu sampai ring lima industri hulu-hilir sawit,” ujar dia dalam Squawk Box, CNBC Indonesia (Senin, 12/02/2024).
Gulat mengungkapkan, kekacauan sawit Indonesia itu juga karena terdapat 37 kementerian/lembaga yang mengurusi sawit. Karena banyaknya tangan yang terlibat, berdampak negatif terhadap kepastian usaha sektor sawit.
Hari ini, alhamdulillah ratas membahas tumpang-menindih regulasi terkait sawit, khususnya klaim kawasan hutan di Kemenko Perekonomian. Saya berharap ini ‘kado’ pemerintah penyejuk hiruk-pikuk tahun politik.
“Anda bisa bayangkan sawit Indonesia betapa repotnya diurusi 37 kementerian lembaga. Oleh karena itu, kami meminta didirikannya badan sawit Indonesia dan usul kami itu sedang diteliti oleh mahasiswa Doktoral Ilmu Hukum UI dan beberapa bulan kedepan mudsh-mudahan clear” tuturnya.
Kepada pemimpin Indonesia ke depan, Gulat berharap agar sawit ‘patenkan’ sebagai sektor utama jantungnya lokomotif ekonomi Indonesia jadi harus afirmasi.
“Kebijakan itu sangat sederhana seperti saat di adakan dialog dengan para capres yang diwakili para pakarnya. Kita ingin regulasi itu tidak berubah-ubah, sekarang berubah, besok berubah. Sawit itu tidak sama dengan cabe tomat. Ini efeknya global. Ini produknya global, hampir 200 negara tergantung dengan sawitnya Indonesia. Perubahan-perubahan regulasi ini sangat terganggu. Yang paling dirugikan itu di hulunya, kebunnya,” ujarnya.