Apical Group, salah satu pengolah minyak kelapa sawit global terkemuka, meluncurkan Apical 2030, sebuah inisiatif keberlanjutan yang strategis.
Inisiatif ini terdiri dari komitmen pada empat pilar strategis yaitu Kemitraan Transformatif, Aksi Iklim, Inovasi Hijau, dan Kemajuan Inklusif dalam sepuluh (10) tahun ke depan, yang mana target yang ditetapkan terkait erat dengan filosofi bisnis dari Grup yaitu 5C (good for community, country, climate, customer, company), tujuan Lingkungan, Sosial dan Tata Kelola (LST), dan sembilan (9) dari Tujuan Pembangunan Berkelanjutan Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNSDG).
Dengan pendekatan inklusif dan rencana strategis untuk mencapai akuntabilitas dan dampak yang lebih besar, Apical 2030 akan mendorong upaya Grup perusahaan dalam membangun rantai pasokan yang lebih berkelanjutan dan bertanggung jawab serta mengatasi tantangan lingkungan, sosial, dan tata kelola (LST) saat ini.
“Berfokus untuk menciptakan dampak sosial, lingkungan, dan bisnis yang positif, Apical 2030 mempercepat komitmen keberlanjutan kami. Melalui target yang berfokus pada keberlanjutan, kami berkomitmen untuk menjalankan filosofi bisnis kami dengan melakukan apa yang baik bagi masyarakat, negara, iklim, dan pelanggan – dengan demikian hal tersebut akan berdampak baik juga bagi perusahaan”, kata Dato’ Yeo How, President of Apical Group.
Dalam10 tahun mendatang, ada empat pilar strategis di dalam Apical 2030. Pertama, Kemitraan Transformatif memiliki empat (4) target yang bertujuan untuk berkolaborasi dengan pemangku kepentingan di sepanjang rantai pasokan untuk memacu perubahan positif terkait kepatuhan akan kebijakan Tanpa Deforestasi, Tanpa Gambut, dan Tanpa Eksploitasi (NDPE), ketertelusuran, dan konservasi.
Selain itu, perusahaan Berkolaborasi dengan pemasok untuk mencapai 100% rantai pasokan yang sesuai dengan kebijakan Tanpa Deforestasi, Tanpa Gambut, dan Tanpa Eksploitasi (NDPE). Kemudian melibatkan 100% pemasok untuk verifikasi ketertelusuran yang independen pada 2025. Selanjutnya, berkolaborasi dengan pemasok untuk mendorong penggunaan energi bersih melalui 20 pembangkit listrik tenaga biogas (PLTBG). Juga bermitra dengan pemasok untuk melestarikan hutan dan lahan gambut seluas 150.000 ha di dalam lanskap area Apical pada tahun 2030.
Pilar kedua adalah aksi iklim yang bertujuan untuk mengambil tindakan mendesak untuk memerangi perubahan iklim dan dampaknya. Dengan cara mengurangi 50% intensitas emisi gas rumah kaca (GRK) dalam produksi kami pada 2030 dan mencapai netral karbon pada 2050.
Pilar ketiga yaitu hijau. Dalam pilar ini terdapat dua target yang bertujuan untuk memanfaatkan inovasi untuk mencapai operasi yang semakin berkelanjutan. Antara lain 38% dari total penggunaan energi berasal dari sumber energi terbarukan dan bersih dan meningkatkan intensitas penggunaan air hingga 30% melalui solusi sirkular.
Pilar keempat adalah kemajuan inklusif yang bertujuan untuk memberdayakan masyarakat dan meningkatkan kesejahteraan melalui inisiatif yang disesuaikan. Melalui dukungan kepada masyarakat melalui 30 Desa Berkelanjutan atau Sustainable Living Villages (SLV) pada tahun 2030 dan mendukung 5.000 petani swadaya untuk mencapai sertifikasi pada tahun 2030.
Dato’ Yeo How menjelaskan bahwa membangun rantai pasokan dan industri yang lebih berkelanjutan dan bertanggung jawab membutuhkan komitmen dan upaya bersama dari semua pihak termasuk mitra industri, perusahaan kelapa sawit, petani swadaya dan LSM di antara yang lainnya.
Hingga saat ini, Apical telah meluncurkan berbagai inisiatif untuk mendorong ketertelusuran yang lebih baik, kepatuhan terhadap kebijakan Tanpa Deforestasi, Tanpa Gambut, dan Tanpa Eksploitasi (NDPE), dan inklusi serta sertifikasi untuk petani kecil. Program keberlanjutan yang telah berjalan antara lain Traceability Outreach Program (TOP) untuk memberikan solusi ketertelusuran yang disederhanakan untuk para pemasok; Program Smallholder Inclusion for Better Livelihood & Empowerment (SMILE) untuk membantu petani swadaya di Indonesia meningkatkan hasil panen mereka, memperoleh sertifikasi internasional, dan mendapatkan premi penjualan; dan Sustainability Assurance & Innovation Alliance (SUSTAIN), solusi blockchain aliansi minyak sawit yang dibentuk untuk meningkatkan ketertelusuran ke area produksi minyak sawit dan mempercepat penerapan kebijakan NDPE di seluruh rantai pasokan yang kompleks.
(Selengkapnya dapat dibaca di Majalah Sawit Indonesia, Edisi 125)