TAPIN, SAWIT INDONESIA – Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) berkomitmen mengantisipasi terjadinya kebakaran lahan dan hutan sebagaimana diungkapkan Wakil Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), Satrija B. Wibawa, saat Apel Siaga GAPKI yang digelar di Lapangan PT Tribuana Mas, Candi Laras Utara, Kabupaten Tapin, Kalimantan Selatan, pada Senin (26 Juni 2023).
Dikatakan Satrija, hingga saat ini baru 25 persen perusahaan sawit yang tergabung sebagai anggota GAPKI.
“Semua anggota GAPKI wajib menyiapkan sarana dan prasarana untuk mengantisipasi kebakaran lahan. Bahkan anggota GAPKI rutin melakukan pelatihan dan apel siaga khususnya ketika datangnya peringatan El Nino. Anggota GAPKI, punya komitmen kuat untuk patuh pada regulasi, sekaligus mencegah keamananan dari bahaya kebakaran,” kata Satrija.
Pernyataan itu dibenarkan Ketua GAPKI Kalimantan Selatan (Kalsel) Edy Sapta Binti. Gelaran apel siaga yang dilakukan GAPKI Kalsel bersama dengan para pemangku kepentingan merupakan bentuk komitmen dari pengusaha untuk menjaga konsesinya dari kebakaran.
“Tahun 2020, GAPKI punya MOU dengan Polda Kalsel untuk menjaga konsesi dari kebakaran lahan. Ini merupakan komitmen dan kepedulian pengusaha perkebunan sawit terhadap pencegahan kebakaran lahan,” kata Edy.
Kebakaran 2015 dan 2018 memberikan banyak pembelajaran penting. Dari kejadian itu, menjadi pembelajaran bahwa konsep penanganan api tidak bisa dilakukan sendiri dan perlu kerja sama dengan banyak pihak.
Direktur Astra Agro Lestari, Rujito Purnomo mengatakan penanganan sendiri hanya membuat biaya tinggi dan disisi lain api tidak bisa dipadamkan. Untuk penanganan Api dalam konsesi, mengikuti arahan Dirjenbun dan BPBD.
“Perusahaan menyiapkan semua peralatan sesuai ketentuan. Semuanya kami check list dan tim yang beroperasi disiagakan selama 24 jam. Pencegahan api di dalam konsesi kebun lebih mudah diawasi,” kata Rujito.
Sementara itu, untuk penanganan di luar konsesi kebun, perusahaan melibatkan tim dari perusahaan, masyarakat yang tergabung dalam masyarakat peduli api (MPA), TNI, Polri, dinas Perkebunan dan KLHK.
Ditambahkan Rujito, Astra Agro punya komitmen untuk membantu penanganan api di luar konsesi hingga radius 3 km.
“Begitu terdeteksi ada titik api, tim Astra Agro dan para pemangku kepentingan langsung bergerak untuk memadamkan,” tambahnya.
Di sisi lain, Astra Agro juga terus mengingatkan masyarakat petani yang beroperasi di sekitar konsesi Kebun. Dan, menyiapkan pendampingan bagi petani agar tidak membakar. Bahkan, sudah menjadi bagian dari program CSR perusahaan.
Komisaris Independen PT Astra Agro Lestari, Ari Dono Sukmanto, mengungkapkan, saat menjabat sebagai Wakapolri, dirinya pernah memimpin asistensi dan supervisi Satgas Kebakaran Hutan dan Lahan (Karhutla) di seluruh Indonesia.
“Penanganan Karhutla tidak hanya fokus melakukan pemadaman saja, melainkan wajib mengedukasi masyarakat sebagai bagian penting pencegahan. Penanganan Karhutla tidak hanya dalam bentuk pemadaman, tetapi preventif melalui sosialisasi kepada masyarakat” ungap Ari Dono.
Lebih lanjut, ia menjelaskan berdasarkan hasil supervisinya, penanganan Karhutla saat itu cukup bagus. Apalagi semua pihak seperti instansi pemerintah, perusahaan dan masyarakat ikut terlibat.
“Sementara itu, dalam aspek penegakan hukum juga sangat baik. Tindakan tegas pemerintah untuk menjatuhkan denda bagi pembakar lahan baik perorangan maupun perusahan membuat efek jera luar biasa. Dalam tiga tahun terakhir kebakaran lahan banyak berkurang. Namun, fenomena karhutla saat ini memang lebih didominasi fenomena El Nino yang menyebabkan kemarau sehingga konsesi mudah terbakar,” jelas Ari Dono.