BPI Kerjasama dengan BPDPKS & Ditjen Perkebunan Bekali Cara Pengendalian Ganoderma Pekebun Sawit Muba – Sumatera Selatan
JAKARTA, SAWIT INDONESIA – Pelatihan Teknis Budidaya Kelapa Sawit kerjasama BPI – BPDPKS – DITJENBUN telah selesai dilaksanakan secara paralel untuk batch 1 & 2 pada tanggal 16 Juli 2022 dengan 61 peserta yang seluruhnya berasal dari pekebun sawit MUBA. Pelatihan berikutnya adalah untuk batch 3 & 4 yang dimulai tanggal 18 Juli 2022, dimana pesertanya masih dari pekebun sawit Kabupaten Musi Banyuasin dengan jumlah peserta sebanyak 61 orang berasal dari 5 KUD.
Pelatihan Teknis Budidaya ini akan berakhir pada 23 Juli 2022 yang pada akhir pelatihan akan dilakukan kunjungan belajar ke Seed Processing Unit PT Bina Sawit Makmur (SAMPOERNA AGRO) di Palembang.
Best Planter Indonesia menegaskan 3 pilar produktifitas tanaman sawit adalah Bibit, Pupuk Dan Populasi atau disingkat BPDP, singkatan ini mudah untuk diingat karena nama BPDP sudah lebih sering didengar, namun untuk konteks kebun sawit kepanjangannya memiliki makna tersendiri yaitu merupakan 3 kunci sukses membangun kebun sawit. Bibit, Pupuk dan Populasi merupakan harga mati yang harus secara disiplin dijalankan oleh para pekebun sawit sesuai praktek management terbaik (best management practices), kalau ingin produktifitas tanamannya tinggi sesuai potensi tanaman.
Isu kecukupan populasi atau jumlah tegakan tanaman per ha ini jarang dibahas oleh para pekebun sawit, tidak seperti bibit dan pupuk yang sering diperbincangkan antar mereka, padahal perhitungan produktifitas per ha diperoleh dari penjumlahan produksi dari seluruh tegakan tanaman dalam satu ha. Dalam berbagai kasus bisa saja produktifitas per pohon bagus tetapi kalau populasi tanaman rendah akibat banyak yang tumbang, maka produktifitas tanaman per ha otomatis akan rendah.
Ancaman rusaknya populasi tanaman saat ini adalah penyakit Busuk Pangkal Batang yang disebabkan oleh Ganoderma, oleh karena itu pengetahuan sistem pengendalian Ganoderma menjadi penting untuk diketahui dan dijalankan oleh para pekebun sawit khususnya pada kegiatan tanam ulang (replanting) yang sudah melewati satu generasi, dimana kualitas tanah kebunnya hampir bisa dipastikan tidak sebaik pada awal generasi, sehingga rawan dengan berbagai penyakit tular tanah seperti Ganoderma.
BPI mengingatkan pentingnya kesadaran dan upaya maksimal dari pekebun sawit dalam mengendalikan Ganoderma. Pengendalian harus dimulai dari awal pembukaan lahan, pembibitan, penanaman dan perawatan dengan mengikuti standar best management practices. Hal ini dikarenakan Ganoderma sudah menjadi momok yang menakutkan bagi masyarakat sawit, khususnya yang lahannya sudah termasuk katagori endemik Ganoderma. Bagaimana tidak menakutkan, jamur Ganoderma ini telah membuat pohon tumbang satu per satu akibat penyakit Busuk Pangkal Batang yang ditimbulkannya dan ini tentu akan memporak porandakan harapan masa depan yang seharusnya bisa menjadi “ATM” yang produktif bagi para pekebun sawit apabila tanamannya sehat dan cukup populasinya.
Kita harus belajar dari propinsi Sumatera Utara, dimana tanah kelas I saja saat ini serangan Ganoderma nya sudah luar biasa besar, bahkan sudah menyerang pada tanaman muda. Oleh karena itu para pekebun sawit dari Muba yang kelas lahannya kelas II dan III harus lebih waspada saat penanaman ulang yaitu dengan mengikuti standar budidaya terbaik dan mengutamakan pengendalian Ganoderma. Pada Permentan Nomor 7 tahun 2019 yang memuat ketentuan replanting juga telah diwajibkan untuk menggunakan agensia hayati sebagai biokontrol Ganoderma dalam proses tanam ulang atau replanting dan pembukaan lahannya mengikuti standar best management practices.
Ganoderma kalau tidak dikendalikan secara terprogram dan komprehensif akan menjadi bencana bagi perkebunan sawit khususnya di Muba, pada saat ini mungkin baru terjadi infeksi di sebagian kecil blok kebun, walaupun sedikit jangan dianggap sepele tapi harus dikendalikan. Kematian rata-rata 10 pokok per ha saja akibat Ganoderma apabila produksi per pokok per tahun 200 kg dan harga TBS Rp 2500,- per kg, maka kerugian KUD yang luasnya 2000 ha akan mencapai 10 milyar setiap tahun dan kerugian ini berpotensi terus bertambah apabila Ganoderma tidak dapat dikendalikan akibat terus berkurangnya populasi tanaman.
Best Planter Indonesia (BPI) sebagai lembaga diklat yang mengkhususkan diri pada pelatihan kelapa sawit mengusung konsep pelatihan atau pembelajaran yang berbasis pada Best Management Practices dengan pengajar atau pelatih seluruhnya berlatar belakang praktisi professional yang sangat berpengalaman di bidang budidaya kelapa sawit.
Dalam 6 hari kedepan peserta akan mendapatkan pembelajaran lengkap sekaligus penyegaran tentang budidaya tanaman sawit mulai dari pembukaan lahan, pembibitan, penanaman, perawatan dan pengendalian OPT termasuk didalamnya pengendalian Ganoderma. Peserta pelatihan diharapkan lebih aktif bertanya terhadap masalah yang dialami dilapangan sehingga bisa mendapatkan solusi yang bisa langsung diterapkan setelah kembali dari pelatihan.
Dengan adanya pelatihan yang digelar Best Planter Indonesia (BPI) kerjasama dengan BPDPKS dan Direktorat Jendral Perkebunan, diharapkan pekebun sawit mendapat pengetahuan, keterampilan dan kesadaran baru yang diantara yang penting adalah memahami resiko besar yang dihadapi apabila Ganoderma tidak terkendali dan mengerti cara penanganannya sejak pembukaan lahan, pembibitan, penanaman dan perawatan. (redaksi)