Founder & CEO Sabana Group, H. Syamsalis mengungkapkan bahwa dalam usaha produk ayam gorengnya memilih memakai minyak sawit agar menghadirkan makanan halal, nikmat dan bergizi.
“Kandungan gizi dan menyehatkan dari minyak Sawit dan memberi kelezatan yang sempurna,” ujar dia pada Webinar Majalah Sawit Indonesia bertemakan Kampanye dan Promosi Minyak Sawit Sehat Kepada UKMK.
Dia mengatakan, sudah 15 tahun Sabana berdiri memenggunakan minyak sawit. “Konsumsi kita 1 bulan mencapai rata-rata 100 ton. Nah kenapa kita memilih minyak sawit karena banyak pilihan dan kualitasnya juga bagus,” jelas Syamsalis.
Dia menambahkan, pelaku usaha lebih memmilih menkonsumsi minyak sawit karena minyak sawit adalah cara masak yang terbaik dan sehat. Sabana Fried Chicken sekarang telah mempunyai 2469 gerai di 14 provinsi Indonesia. Perusahaan ini berdiri pada 6 Agustus 2006.
Bagi UMKM, usaha makanan khususnya gorengan tidak terlepas dari minyak goreng. Sebut saja olive oil/ zaitun, Minyak kelapa/ coconute oil, dan Minyak Goreng sawit. Dari ketiga minyak goreng tersebut minyak goreng sawit paling menguntungkan secara ekonomi.
“Dari sisi bisnisnya minyak sawit yang bisa mendapatkan harga dan keuntungan yang bisa bersaing. Pengguna produk sawit bisnis kuliner ini terutama sifatnya gorengan, minyak goreng sawit menjadi koponen utama, disamping ayam dan tepung. Tanpa tiga komponen ini namanya bukan frichicken,” terang dia.
Melambungnya harga minyak goreng di pasaran membuat pelaku usaha terpukul, terutama UMKM. “Menyedihkan Indonesia pengekspor terbesar minyak sawit tapi rakyatnya kesusahan mendapatkan minyak goreng. Hal ini seperti ayam mati di lumbung padi, ini tidak boleh terjadi,” tandasnya.
Kenaikan harga minyak goreng saat ini bikin mitra Sabana pusing. “Mitra-mitra yang tergabung dalam Sabana akhirnya menurunkan kualitas. Ukuran gorengan dibuat lebih minimalis, porsi makanan juga dikurangi,” kata Syamsalis.
Pelaku usaha menjadi kelimpungan karena rencana bisnis mnejadi berubah. Harga sudah tidak sesuai dengan business plan, maka kita cukup kewalahan dalam pengadaan minyak goreng. Kondisi saat ini sangat dilema bagi pelaku usaha dengan kondisi ekonomi masyarakat sulit, harga menjadi naik dan daya beli menurun,” ujar dia.
(Selengkapnya Dapat dibaca di Majalah Sawit Indonesia, Edisi 125)