Kalangan akademisi meragukan akurasi foto berjudul Habis Bakar Terbitlah Sawit. Pasalnya tidak mungkin lahan yang baru terbakar dua minggu dapat ditanami sawit.
Foto berjudul Habis Bakar Terbitlah Sawit melalui twitter Sutopo Purwo Nugroho, membuat geger masyarakat. Foto yang diunggah pada 20 Oktober menunjukkan lahan seperti baru terbakar yang telah ditanami bibit sawit. Lokasi pengambilan foto disebutkan berada di Nyaru Menteng Palangkaraya, Kalimantan Tengah.
Ketika Dihubungi SAWIT INDONESIA, Sutopo yang menjabat Kepala Pusat Data, Informasi, dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana, mengatakan foto ini berasal dari anggota badan nasional penanggulangan daerah setempat. Foto tersebut diambil oleh anggotanya bernama Tri Budi, Deputi Penanganan Darurat BNPB. “Saya dapat gambar dari semua personil BNPB di lapangan. Semua dikirim ke saya dan disebarluaskan. Itu mekanisme di BNPB,” ujarnya melalui pesan singkat.
Melalui layanan pesan singkat dan sambungan telepon, tim redaksi Majalah SAWIT INDONESIA berusaha menghubungi pemilik foto, Tri Budi. Namun hingga berita ini diangkat permintaan wawancara maupun konfirmasi tidak mendapatkan jawaban.
“Ada motif dibalik itu semua, kalau ada motif menurunkan citra sawit bahwa kita tidak ramah lingkungan bisa juga terjadi. Karena kalau petani atau perusahaan sengaja melakukannya (red-membakar) itu kontraproduktif,” kata Prof Budi Indra Setiawan, Guru Besar Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor (IPB).
Menurut Budi Indra, bibit sawit akan mati apabila ditanam pada musim kemarau dan ditanam di lahan baru terbakar. Dampaknya, jika hujan tidak turun maka bibit akan kekurangn air dan berakibat bibit lebih menderita. “Namun kalau lahan dibakar di musim kering. Sedangkan, hujan baru datang satu sampai dua bulan lagi. Rasanya tidak mungkin ada motif ingin menanam,” paparnya.
Hasril Siregar, Direktur Pusat Penelitian Kelapa Sawit, menyebutkan secara teknis tidak bisa lahan yang habis terbakar langsung ditanami bibit kelapa sawit. “Sehingga tidak benar kalau ada yang menanam sawit di lahan bekas terbakar atau yang dibakar, seperti yang ramai diberitakan di kawasan konservasi orangutan (arboretum) Nyaru Menteng, Kalimantan Tengah,” kata Hasril seperti dilansir dari Antara.
Togar Sitanggang, Sekretaris Jenderal Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia, menyebutkan foto yang ditampilkan Sutopo Purwo Nugroho banyak kejanggalan. Pertama, kalau diamati terdapat tanaman semak belukar di foto tersebut. Secara logika umum, sulit diterima akal apabila tanaman semak tumbuh tinggi dalam waktu dua minggu
Kejanggalan berikutnya adalah mengapa ada ranting kering dan daun kering. “Kalau memang baru terbakar semestinya tidak ada ranting itu. Dan sudah ada kayu berwarna putih. Yang kami dengar dengan kebakaran masif tidak mungkin lahan tersebut tidak tersentuh api. Mestinya lahan itu berwarna hitam,” papar Togar.
Togar mengatakan lahan tersebut kemungkinan sudah terbakar lima bulan lalu. Bukan seperti dugaan Sutopo bahwa lahan baru terbakar dua minggu.
Dugaan Togar diamini warga setempat. Rudi, Kepala Rumah Tangga Kelurahan Tumbang Tahai, Kecamatan Bukit Batu, Palangkaraya, Kalimantan Tengah, menjelaskan lahan terbakar dekat Nyaru Menteng bukan terbakar dua minggu lalu. Petani tidak mungkin tanam bibit sawit di lahan yang baru terbakar.
Pria yang turun temurun tinggal di pinggiran Sungai Tahai ini menjelaskan lahan di KM 26 dan 27 tersebut sengaja dibakar oleh masyarakat. Dari luas areal yang direncakan untuk ditanam seluas 38 hektare. Sekitar 24 hektare dikelola kelompok masyarakat Kelurahan Tumbang Tahai.“Lahan yang dibakar bagian dari kearifan lokal masyarakat setempat, dan bukan milik perusahaan. Kegiatan pembakaran lahan ini dilindungi peraturan gubernur Kalimantan Tengah mengenai pedoman pembukaan lahan dan pekarangan bagi masyarakat di Kalimantan Tengah.
Sumber foto: Togar Sitanggang