JAKARTA, SAWIT INDONESIA – Riset terbaru di Amerika yang dilakukan oleh Coordinating Research Council (CRC) baru-baru ini telah membuktikan bahwa biofuel memiliki manfaat signifikan terhadap pengurangan emisi karbon. Dalam laporan tersebut dinyataka nbahwa pada tahun lalu penggunaan biodiesel di Amerika telah mengurangi emisi kaca sebesar 18 juta ton atau setara dengan yang dikeluarkan dari 3,8 juta mobil.
Con Scott, Director of Sustainability Badan National Biodiesel Amerika mengungkapkan bahwa dengan manfaat sebesar itu, penggunaan biodiesel tentu lebih menguntungkan dibandingkan dengan penggunaan bahan bakar fosil.
“Ketika menghitung penghematan emisi karbon, biofuel telah menjadi produk yang sangat sering diteliti di pasar dunia. Dengan penelitian yang intensif serta peningkatan analisis biodiesel telah menyediakan keuntungan yang signifikan dibanding bahan bakar fosil,” ungkap Don.
Sejak 2009 CRC yang beranggotakan Petroleum Institute, Ford, General Motors, Chrysler, Daimler, dan lainnya telah meneliti analisis lifecycle biofuel dan mengeluarkan laporan setiap 2 tahun sekali. Empat laporan yang dikeluarkan CRC sejak 2009 itu selalu menyebutkan bahwa kebijakan alih fungsi lahan dan peningkatan produksi pangan jadi penekanan terhadap pengurangan emisi karbon.
Untuk menyelidikinya CRC juga telah melakukan kerjasama dengan berbagai organisasi seperti USEPA, Departemen Energi Amerika, Badan Sumber Udara California, Komisi Uni Eropa, lembaga advokasi lingkungan dan institusi akademik dari Eropa dan Amerika Utara.
“Apa dan Bagaimana alih fungsi lahan tak langsung dapat berkontribusi sebagai penyumbang emisi selalu menjadi hal yang kontroversial. Dengan peningkatan saintifik berkelanjutan jelas bahwa penggunaan bahan bakar terbarukan tak mengeyampingkan hal tersebut,” ungkap Jan Lewandrowski, Ekonom program perubahan iklim USDA.
Lewandrowski juga menambahkan bahwa saat ini komunitas ilmiah juga sedang berupaya untuk meningkatkan kualitas data dan mengurangi ketidakpastian dalam menyusun model ekonomi yang mampu menunjukan bahwa sektor agrikultur dapat menjadi alat yang luar biasa untuk mengurangi emisi karbon sekaligus menyediakan pangan dan bahan bakar dunia.
“Sebagai tambahan wilayah dengan sumber energi terbarukan yang melimpah mampu meninkmati keuntungan ekonmi dengan berinvestasi di bidang agrikultur,” tambah Lewandrowski.
Beberapa lembaga riset seperti Laboratorium Nasional Energi Tebarukan Amerika, Laboratorium Nasional Argonne, USEPA, USDA, dan Badan Sumber Udara California telah mengafirmasi bahwa setidaknya penggunaan bahan bakar terbarukan seperti biodiesel mampu mengurangi emisi karbon 50 persen hingga 85 persen dibanding bahan bakar fosil.
Badan Perlindungan Lingkungan (EPA) Amerika sendiri juga telah menetapkan standar biodiesel yang mampu dijual di Amerika yang disebut sebagai Advanced Biodiesel dengan minimum mampu mengurangi 50 persen emisi karbon dibanding dengan bahan bakar fosil. (Anggar Septiadi)