Lebih jauh lelaki 41 tahun ini merinci, saat akan menjalankan road test, tanki bahan bakar Inova Type G di jejali B50. Untuk 100 liter B50, Anshori mencapur 37,5 liter biodiesel dan 62,5 liter biodiesel komersil (B20). “Percampuran dilakukan di dalam tanki bahan bakar mobil,” terangnya. Setiap 500 km, dilakukan pengecekan emisi gas buang sekaligus pergantian pengemudi. “Saya merasakan mesin yang memaki B50 lebih respon dan saat digas tinggi, tidak mengeluarkan asap hitam ,” Sidik Purnomo cerita lagi.
Lalu hasil lain, “Kita tengok ini rerata emisi gas buang Nitrogen Oxida (Nox). Mobil B20 Nox nya 41 ppm dan B50 33ppm. Kemudian rerata emisi gas buang Carbon Monoxida (CO), B20 189 ppm dan B50 210 ppm. Hanya saja untuk bahan bakar, B20 bisa mencapai 10,86 kilometer per liter dan B50 hanya 10,61 kilometer perliter,” terang Ansori.
Namun soal apa yang selama ini dikhawatirkan orang jika mobil memakai bahan bakar B50 akan bermasalah saat berada di dataran tinggi, Ansori langsung membantah. “B50 sangat recommended untuk dataran tinggi. Sebab setelah diteliti, cloud point (titik embun) B50 hanya terjadi hanya terjadi pada saat suhu berada di minus dua drajat celcius. Tapi kalau kita memakai B100, cloud pointnya beada di angka 13 drajad celcius,” katanya.
Penulis : Abdul Aziz