Hingga akhir Mei 2017, PPKS telah menyalurkan sebanyak 8.286.027 benih sawit. Lebih banyak menjual benih sawit untuk petani.
Edy Suprianto, General Manager Satuan Usaha Strategis Bahan Tanaman Pusat Penelitian Kelapa Sawit (PPKS) mengatakan masih rendahnya penyerapan benih kelapa sawit lebih disebabkan karena sebagian perusahaan menahan diri untuk melakukan peremajaan terkait likuiditas dan cash flow perusahaan. perusahaan lebih fokus untuk menutup neraca minus di tahun 2016 daripada berinvestasi untuk kegiatan peremajaan atau pembukaan areal baru.
Demi menjaga penjualan benih sawit tetap stabil,lanjut Edy, PPKS berfokus pada penjualan ke petani/rakyat. Edy menceritakan, PPKS memanfaatkan mekanisme PROWITRA (Program Sawit untuk Rakyat.)
“Kami datangi sentra perkebunan rakyat supaya mempermudah akses pembelian benih unggul. Proporsi penyaluran benih kelapa sawit PPKS untuk rakyat mencapai 58%, sementara untuk perkebunan swasta sebesar 39%, dan perkebunan negara 3%,” imbuh Edy Suprianto.
Edy Suprianto berharap penjualan benih kelapa sawit PPKS tahun ini sedikit lebih baik dibandingkan dengan tahun lalu. PPKS berencana tidak menaikkan harga jual benih sawit. Harga jual benih sawit tetap dipatok seharga Rp 7.500/butir.Khusus untuk petani, harga benih tetap diberikan potongan sebesar 10%. “Untuk sementara belum ada rencana untuk menaikkan harga benih,” ujar Edy.
Sementara itu, penjualan benih baru PPKS DxP 540 NG yang baru rilis pada April 2017 ini masih belum bisa membantu secara signifikan dalam penjualan benih sawit PPKS tahun ini. Meskipun, permintaan benih tersebut cukup tinggi. “Untuk sementara kapasitas produksi masih terbatas, karena jumlah pohon induk yang terbatas. Kami berupaya untuk menambah jumlah pohon induk secara berkelanjutan di semester dua ini dan waktu mendatang,” ucapnya.