JAKARTA, SAWIT INDONESIA – Tren harga positif harga Tandan Buah Segar (TBS) sawit terus terjadi di sejumlah provinsi sentra kelapa sawit. Kenaikan ini ditopang pertumbuhan harga CPO di pasar global.
Dampak kenaikan harga TBS sawit sangat dirasakan oleh petani sawit. Di Riau, harga TBS sawit usia 10-20 tahun menembus angka Rp3.457,15/Kg sesuai Keputusan Tim Provinsi.
Begitupula di Sumatera Selatan, Harga TBS sawit umur 10 – 20 tahun mencapai Rp3.149,87/Kg. Sementara itu, Harga TBS kelapa sawit di Kalimantan Selatan naik menjadi Rp2.790/kg.
Berdasarkan pemberitaan di media lokal, keluarga petani sawit sedang menikmati tingginya harga TBS sawit dalam 1,5 tahun terakhir.
Cara petani menikmati kenaikan ini bermacam – macam ada yang membeli perhiasan, menambah jumlah kendaraan, dan investasi di sektor lainnya.
Kelapa sawit sebagai komoditas strategis sudah terbukti memberikan efek multiganda. Selain itu, perkebunan kelapa sawit mempengaruhi pertumbuhan sektor-sektor lain baik sektor penyediaan input bagi perkebunan kelapa sawit (backward linkages) maupun sektor yang lebih hilir yakni sektor ekonomi yang menggunakan output perkebuanan kelapa sawit sebagai inputnya (forward linkages).
Sektor penyedia input utama dari perkebunan kelapa sawit adalah surplus usaha tahun sebelumnya dan modal sendiri (reinvestasi), pupuk, kimia, pestisida, tenaga kerja, sektor keuangan dan sektor lain.
Redaksi Majalah Sawit Indonesia mencatat lima sektor usaha yang diuntungkan kenaikan harga TBS sawit. Berikut ulasannya:
1.Otomotif
Petani menggunakan keuntungan dari penjualan TBS sawit untuk investasi kendaraan bermotor bagi kepentingan pribadi dan usahanya.
Badan Pendapatan Daerah Provinsi Riau menyebutkan pemasukan dari bea balik nama kendaraan bermotor (BBNKB) sebagai dampak kenaikan penjualan harga TBS sawit.
Seperti dilansir dari laman bisnis.com, Kepala Bapenda Riau menuturkan mayoritas pendapatan BBNKB yang diterima adalah dari kendaraan bermotor baru, dimana dari informasi tiap daerah karena didorong pembelian kendaraan oleh petani sawit.

2. Perhiasan dan Logam Mulia
Di sejumlah daerah, toko perhiasan mengakui kenaikan penjualan seiring tingginya harga TBS sawit.
Seorang pedagang emas di Pasar Glugur Rantauprapat, Hari mengatakan penjualannya memang terus mengalami kenaikan sejak harga sawit naik. Namun kenaikan drastis baru terjadi sejak sebulan terakhir.
“Sejak sawit naik, jumlah penjualan emas memang terus naik. Tapi gak terasa, pelan dia naiknya. Baru sebulan terakhir ini lah yang terasa ramai,” kata Hari seperti dilansir dari laman medanbisnisdaily.com.
3. Perbankan dan jasa keuangan
Transaksi perbankan juga mendapatkan keuntungan dari kenaikan harga TBS sawit. Saat ini, petani sawit biasanya menerima hasil penjualan buah langsung ke rekeningnya.
Area Head Manager Bank Mandiri Rantauprapat, Ahmad Jefri Ardianto mengakui kenaikan harga sawit ikut mendorong peningkatan ekuitas perbankan di tempatnya. Peningkatan terjadi pada jumlah simpanan masyarakat, dan juga pada penjualan produk perbankan.
“Penyaluran dana pihak ketiga di tempatnya lebih cenderung kepada kepentingan sebagai modal kerja. Bukan digunakan untuk investasi dalam bentuk kebun sawit,” kata Jufri seperti dikutip dari laman medanbisnisdaily.com.

4. Sarana Produksi
Seiring kenaikan harga TBS dan minyak sawit juga mendorong pendapatan produsen pupuk. Sebab, keuntungan dari penjualan sawit dialihkan untuk investasi di kebun seperti pemupukan.
Sebagai informasi, harga pupuk tunggal dan NPK mengalami kenaikan di atas 60% yang mengikuti kenaikan harga sawit.
Direktur Utama PT Saraswanti Anugerah Makmur Tbk Yahya Taufik mengatakan seiring kenaikan harga minyak kelapa sawit mentah (crude palm oil/CPO) akan mendorong peningkatan aktivitas di perkebunan sawit termasuk permintaan pupuk NPK.
“Permintaan pupuk NPK saat ini terus mengalami peningkatan. Secara organik dari kebutuhan dalam negeri meningkat,” ujar Yahya seperti dilansir dari laman Tribunnews.com.
Sarana produksi lain yang menikmati tingginya harga sawit antara lain alat panen dan alat pemupukan.
5. Alat berat
Produsen dan distributor alat berat diperkirakan akan menikmati tingginya harga sawit. Kegiatan intensifikasi akan menjadi faktor pendorong permintaan alat berat seperti traktor dan excavator dari perkebunan sawit.