Dikki Akhmar kembali terpilih sebagai Ketua Umum APCASI (Asosiasi Pengusaha Cangkang Sawit Indonesia) periode 2022-2027. Tugas berat menantinya untuk mengawal 5 rekomendasi APCASI kepada pemerintah.

Cangkang sawit Indonesia telah mendunia. Kebutuhan cangkang sawit terus merangkan naik setiap tahunnya. Asosiasi Pengusaha Cangkang Sawit Indonesia (APCASI) menghitung potensi devisa dari cangkang dapat mencapai Rp 5,2 triliun per tahun.

“Saya bangga dengan teman-teman (pengusaha) cangkang sawit ini. Tidak mudah mengumpulkan cangkang. Ibaratnya mereka ini pemulung, ambilin cangkang dan limbah sawit. Lalu dibawa ke tempat penyimpanan,” jelasnya dalam diskusi menjelang Munas APCASI  pada akhir Maret 2022 lalu.

Ia mengatakan kebutuhan terhadap produk cangkang kelapa sawit menjadi bahan bakar alternatif yang banyak diburu sektor industri di banyak negara. Sepanjang 2021 harga cangkang sawit berkisar US$95/ton sampai US$105/ton free on board (FOB). Memasuki 2022, nilai ekspornya diperkirakan tembus US$118/ton.

Kenaikan harga cangkang, dijelaskan Dikki, lantaran faktor  peningkatan penggunaan energi baru dan terbarukan (renewable energy) dalam program bauran energi di beberapa negara di dunia. Terdapat faktor permintaan sebagai imbas besarnya kebutuhan energi dunia.

Di Jepang saat ini menjadi pangsa pasar terbesar cangkang sawit Indonesia dan diperkirakan akan terus menjadi pasar utama untuk komoditas tersebut.

“Tiap tahun kebutuhan Jepang sampai berjuta-juta ton, bahkan tahun 2022 diprediksi sampai 6,2 juta ton,” ujar peraih penghargaan 110 Tokoh Sawit Indonesia ini.

Dikki mengatakan permintaan besar-besaran tersebut disebabkan karena kebijakan energi Jepang yang menetapkan 24 persen pemenuhan energi pada 2030 harus berasal dari energi baru dan terbarukan.

Di dalam negeri, jumlah produksi cangkang sawit diperkiran 11,3 juta ton. Pasokan cangkang diperoleh dari pabrik kelapa sawit yang tersebar dari Aceh sampai Papua Barat.

“Di tahun ini, potensi ekspor cangkang sawit diperkirakan akan terus meningkat. Ekspor bisa tembus Rp 4,7 triliun untuk mendukung devisa negara,” ujar Dikki yang juga menjabat Wakil Ketua Komite Eropa Tengah KADIN Indonesia ini.

Kiprah dan konsistensi Dikki Akhmar mengelola roda organisasi menjadi pertimbangan anggotanya untuk mendaulatnya sebagai Ketua Umum APCASI periode 2022-2027.

Kendati demikian, Munas APCASI tahun ini juga mengajukan lima rekomendasi kepada pemerintah berkaitan kebijakan pengelolaan cangkang sawit. Berikut ini lima rekomendasi tersebut:

1. Asosiasi Pengusaha Cangkang Sawit Indonesia, dengan ini merekomendasikan agar pemerintah, khususnya Dirjen Energi Baru terbarukan, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral RI, untuk tidak memberlakukan DMO (Domestic Market Obligation) pada biomass cangkang sawit, dengan dasar pemikiran sebagai berikut :

a. Cangkang Sawit yang kami beli dari pabrik CPO untuk tujuan ekspor atau untuk kami suplai ke dalam Industri dalam negeri adalah cangkang sawit sisa dari Pabrik CPO yang tidak terpakai sebagai bahan bakar pabrik itu sendiri. Sehingga jelas bahwa sudah ada penggunaan di dalam negeri sendiri oleh pabrik itu sebelum kami ekspor dari sisa produksinya.

b. Kami juga sudah pernah menyerahkan mapping ketersediaan cangkang sawit di seluruh daerah di Indonesia kepada PLN (khususnya dalam MUNAS ini kami serahkan kembali data tersebut pada perwakilan PLN), yang memetakan di daerah mana saja PLTU yang dapat kami suplai pada PLN sepenuhnya atau sebagian, yang secara logistic cost memungkinkan untuk itu. Dan juga kami petakan PLTU daerah mana yang tidak memungkinkan kami suplai pada PLN, karena persoalan logistic cost yang tinggi.

(Selengkapnya dapat dibaca di Majalah Sawit Indonesia, Edisi 126)

Share.
Exit mobile version