Diantara komoditas perkebunan, kelapa sawit harus diakui berkontribusi besar kepada perekonomian negara dan penyumbang devisa. Pemerintahan Joko Widodo berjanji akan mempertahankan kejayaan kelapa sawit sebagai komoditas strategis.
Pertemuan Nasional Sawit Indonesia (PNSI) yang digagas Badan Pengelola Dana Perkebunan (BPDP) Kelapa Sawit menjadi hari istimewa bagi Bayu Krisnamurthi. Sehari sebelum acara, pelaku industri sawit pria kelahiran Manado ini mengajukan permohonan mundur dari jabatan Direktur Utama BPDP Kelapa Sawit kepada Dewan Pengarah. Dewan Pengarah BPDP terdiri dari 7 Menteri Kabinet Jokowi yaitu Menko Perekonomian, Menteri Keuangan, Menteri Pertanian, Menteri Perindustrian, Menteri Perdagangan, Menteri ESDM, dan Menteri Agraria Tata Ruang.
“Saya purna tugas dari BPDP sawit,” kata Bayu ketika ditemui sebelum acara dimulai pada Kamis, 2 Februari 2017.
Dalam kata sambutannya, Bayu menuturkan forum ini berupaya mensinergikan pembangunan industri sawit yang berkelanjutan. Kelapa sawit adalah andalan perekonomian nasional meskipun ada komoditi lain seperti karet, kelapa, teh, dan kopi.
“Dalam 1,5 tahun terakhir kinerja BPDP Sawit cukup membanggakan. Indonesia telah menjadi produsen dan eksportir utama sawit di dunia,” kata Bayu.
Capaian lainnya adalah nilai ekspor produk sawit mencapai tumbuh 8% menjadi US$ 17,8 miliar pada 2016 dari tahun sebelumnya yang sebesar US$ 16,5 miliar. Kendati demikian, volume ekspor turun 2% menjadi 25,7 juta ton sedangkan tahun sebelumnya mencapai 26,2 juta ton. Selain itu, produk hilir sawit yang diekspor telah berjumlah 54 jenis produk. Industri sawit Indonesia, menurut Bayu, dikenal dengan produk sawit terkesan hanya dalam bentuk mentah.
Kegiatan PNSI 2017 menjadi sangat istimewa dengan kehadiran empat menteri Kabinet Kerja yaitu Darmin Nasution (Menteri Koordinator Bidang Perekonomian), Sri Mulyani Indrawati (Menteri Keuangan), Sofyan djalil (Menteri Agraria dan Tata Ruang), dan Airlangga Hartarto (Menteri Perindustrian).
Darmin Nasution, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian menjelaskan bahwa engakui kelapa sawit menjadi andalan perekonomian ini terbukti produk turunan kelapa sawit berkontribusi terhadap ekspor sebesar 75 persen dari sektor non-minyak bumi dan gas (migas). Itu sebabnya sawit mampu menjadi penyumbang pemasukan terbesar ke negara.
Lebih lanjut kata Darmin dengan potensi yang dihasilkan produk-produk turunan sawit membuat pemerintah semakin fokus mendorong kemajuan industri kelapa sawit nasional. Tujuannnya mampu memenuhi permintaan kebutuhan produk sawit di pasar nasional maupun internasional.
Darmin menuturkan kebijakan ekonomi akan mengarah pemerataan ekonomi salah satunya reforma agrarian. Prioritas utama membenahi kelapa sawit dari status lahan dan sertifikasi ISPO.
“’Kita menyadari kelapa sawit berkah bagi Indonesia karena produktivitasnya paling tinggi daripadi minyak nabati lain seperti sun flower, rape seed. Itu sebabnya banyak negara di dunia khawatir dengan besarnya potensi sawit,” tutur Darmin.