JAKARTA, SAWIT INDONESIA – Keluarga Alumni Instiper (KAINSTIPER) mendukung kebijakan larangan ekspor sawit dan minyak goreng yang diputuskan Presiden Joko Widodo.Kendati demikian, kebijakan ini perlu dibarengi perbaikan tata kelola minyak goreng.
Ketua Alumni INSTIPER (KAINSTIPER), Priyanto PS, menjelaskan kenaikan harga minyak goreng sawit terjadi diseluruh dunia. Namun, kenaikan harga minyak nabati termasuk minyak sawit di pasar global tidak dapat diterima oleh konsumen Indonesia, yang mayoritas digunakan para ibu (emak-emak)untuk memasak.
“Lantaran, minyak goreng sawit bagian dari sembilan bahan pokok (sembako) telah digunakan sebagian besar masyarakat Indonesia untuk mengolah bahan makanan,” ujarnya dalam keterangan tertulis yang diterima redaksi Sabtu (30 April 2022).
Priyanto menjelaskan pihaknya mendukung keputusan Presiden Joko Widodo yang melarang ekspor CPO dan minyak goreng serta produk turunannya, sampai batas waktu yang tidak ditentukan. Selain itu, KAINSTIPER juga mendorong adanya perbaikan tata kelola bisnis minyak sawit berkelanjutan di masa depan.
“Instruksi Presiden Joko Widodo untuk memenuhi pasokan minyak goreng curah bagi seluruh rakyat Indonesia harus kita dukung sebagai bagian dari tanggung jawab bersama. Kendati Presiden tidak menyebutkan batas waktu namun kecukupan pasokan minyak goreng curah harga Rp14.000/liter bagi rakyat Indonesia menjadi prioritas utama yang harus kita lakukan bersama,” urainya.
Ia mengusulkan kerjasama para pelaku usaha minyak sawit nasional dari hulu ke hilir dibutuhkan demi meningkatkan pasokan minyak goreng curah domestik sehingga tidak terjadi lagi antrian panjang pembelian minyak goreng curah,” imbuh Priyanto.
Popularitas minyak sawit kian tinggi di dunia, jadi makin banyak konsumen global dari negara lain yang memilih menggunakan minyak sawit sebagai minyak makanan. Imbasnya permintaan konsumen kian bertambah sedangkan pasokan minyak sawit global sebagian besar berasal dari Indonesia. Dibutuhkan edukasi minyak sawit di Indonesia supaya kejadian antrian pembelian minyak goreng tidak terjadi lagi di kemudian hari.
Menurut Priyanto pentingnya edukasi kepada konsumen di Indonesia juga harus dilakukan. pasalnya, masyarakat Indonesia harus lebih mengenal minyak sawit melalui edukasi yang dilakukan secara berkelanjutan. Sebagai wadah pendidikan perguruan tinggi, INSTIPER masih memikul tugas besar dalam mengedukasi masyarakat Indonesia pada umumnya dan peserta didik pada khususnya.
“Edukasi mengenai apa itu minyak sawit, adanya fluktuasi harga jual dan sebagainya, perlu dilakukan kepada masyarakat luas, supaya konsumen dapat dimengerti apabila harga jual minyak goreng sawit mengalami peningkatan harga jual kembali di masa mendatang. Pasalnya minyak sawit sebagai komoditas global dibutuhkan banyak negara sebagai minyak makanan,” pungkasnya.