Penulis: Joylyn B.O.L. Yu, Nugraha A. Nurrochmat, Yulia R.B. Zahro, Fikri A.H. Nurhilda
ASEAN Forestry Student Association (AFSA) adalah organisasi kepemudaan yang didirikan pada 24 September 1993 pada acara ASEAN Forestry Students Congress (AFSC) pertama di Bogor, menyusul ditandatanganinya Nota Kesepahaman antara Institut Pertanian Bogor (IPB University) dan Universiti Pertanian Malaysia (sekarang Universiti Putra Malaysia/ UPM) di Kuala Lumpur pada 27 Oktober 1991 dan antara IPB University dan Kasetsart University di Bangkok pada 30 Oktober 1991.
Belum lama ini, BadanEksekutif AFSA bersama Fakultas Kehutanan dan Lingkungan IPB Universitymengadakan Summer Coursedengan tema: Peran Pemuda dalam Pengelolaan Hutan dan Lingkungan untuk Mencapai Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Summer Course Forestry and Environmental 2020 diadakan pada 31 Oktober hingga 15 November 2020, yang diikuti lebih dari 100 peserta dari 14 negara. Ini adalah salah satu rangkaian summer course yang diselenggarakan oleh IPB University. Kongres AFSA 2020 dilaksanakan pada tanggal 1 November hingga 2 November 2020, melalui pertemuan virtual. Ada sekitar 40 mahasiswa dari tujuh negara di Asia Tenggara yang mengikuti acara tersebut, yaitu Indonesia, Malaysia, Thailand, Filipina, Singapura dan Myanmar. Selain itu, Timor Leste juga mengikuti acara tersebut sebagai pengamat.
Acara Summer Course dan Kongres AFSA 2020 dibuka secara resmi oleh Wakil Rektor Bidang Kerjasama dan Sistem Informasi IPB University, Profesor Dodik Ridho Nurrochmat yang kebetulan merupakan Ketua Panitia Pengarah Kongres AFSA pertama, yang turut membidani terbentuknya AFSA di Bogor tahun 1993. Dalam ASEAN Forestry Outlook yang dilakukan pada hari pertama, dibahas tentang keadaan saat ini dan masa depan kehutanan di ASEAN oleh Mr. Dian Sukmajaya dari Sekretariat ASEAN. Urgensi, dampak, dan peluang pemuda untuk pembangunan Kehutanan di ASEAN juga dibahas. Dr. Nandi Kosmaryandi yang merupakan Direktur Eksekutif Hutan Pendidikan Gunung Walat (HPGW) memaparkan pentingnya HPGW dan kontribusinya terhadap keberlanjutan. Usai presentasinya, ia memimpin delegasi melalui kunjungan virtual ke Hutan Pendidikan Gunung Walat dengan menggunakan video. Setelah presentasi ini, para inisiator dan alumni AFSA menjelaskan tentang filosofi dan tujuan pendirian AFSA kepada para delegasi dan membahas berbagai hal penting terkait organisasi.
Sidang Umum AFSA dimulai dengan pembacaan dan persetujuan peraturan pelaksanaan sidang yang dipimpin oleh Badan Eksekutif ad interim AFSA 2019-2020 Nugraha Akbar Nurrochmat (Sekretaris Jenderal) dan Rakhmatan (Direktur Infocenter), serta Shania Ruth Diaz selaku Ketua Panitia Pelaksana Kongres AFSA 2020. Kemudian dilanjutkan dengan pemilihan Pimpinan Sidang, yaitu delegasi AFSA yang ditugaskan untuk memimpin kongres. Pimpinan Sidang terpilih adalah Nurhanin Noor yang berasal dari UPM Malaysia, serta Joylyn Yu dan Karl Fernandez, keduanya dari UPLB Filipina.
Pada hari kedua, Pimpinan Sidang memimpin pemilihan pengurus AFSA dan organ lainnya. Kongres selanjutnya membahas dan meratifikasi amandemen Anggaran Dasar (Constitution)AFSA terkait: mekanisme keanggotaan, pengambilan keputusan, dan kepengurusan. Usai agenda ini, kongres beralih ke pemilihan Badan Eksekutif AFSA yaitu Sekretaris Jenderal, Bendahara, dan Direktur infocenter. Pemilihan BadanEksekutif AFSA berlangsung cukup alot dan membutuhkan waktu lebih lama untuk mengambil keputusan. Akhirnya, Sidang Umum menyepakati untukmemilih Shania Ruth Diaz dari Indonesia (IPB University) sebagai Sekretaris Jenderal, serta Karl Fernandez sebagai Bendahara dan Joylyn Yu sebagai Direktur Infocenter, keduanya dari Filipina (UPLB). Pada agenda selanjutnya, kongres membahas, menyusun, dan mengukuhkan Work Plan AFSA 2020-2021.
(Selengkapnya dapat di baca di Majalah Sawit Indonesia, Edisi 109)