Pasokan minyak nabati menjadi kunci pergerakan harga minyak sawit. Harga minyak sawit diperkirakan antara US$ 650 sampai US$ 850 per ton. Pelaku industri optimis bahwa harga sawit akan menopang kinerja tahun depan.
Dorab Mistry, Analis Godrej International, membangkitkan optimisme 1.300 peserta konferensi tahunan sawit yang diadakan oleh Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) di Nusa Dua, Bali, pada awal November 2017. Presentasinya yang berjudul Palm & Lauric Oils Price Outlook 2018 memaparkan perkembangan suplai dan permintaan minyak nabati serta pengaruhnya kepada harga sawit dunia pada tahun depan.
Dorab Mistry menyebutkan kondisi harga maupun pasokan minyak nabati tahun ini akan berpengaruh kepada tahun depan. Kondisi yang dimaksud antara lain membaiknya produksi minyak sawit di Indonesia dan Malaysia yang lebih baik pada 2017, lantaran cuaca yang bagus. Tahun ini, produksi sawit Malaysia diperkirakan 19,3 juta ton dan Indonesia sebesar 34,5 juta ton.
Untuk tahun 2018, diproyeksikan Dorab, produksi minyak sawit Indonesia meningkat sampai 37 juta ton. Sedangkan di negeri Jiran, kenaikan produksi tidaklah signifikan sekitar 19,9 juta ton. Secara keseluruhan, pasokan minyak sawit akan bertambah sebanyak 4 juta ton pada periode 2017-2018. Peningkatan ini tidaklah sebesar periode 2016-2017 sekitar 6,5 juta ton. “Tanaman sawit butuh waktu untuk beristirahat, setelah mencapai siklus produksi tinggi,” tambahnya.
Di sisi lain, suplai minyak nabati di luar sawit akan menghadapi gangguan. Di dalam presentasi Dorab disebutkan bahwa pasokan minyak kedelai bergantung hasil panen dari Eropa, Amerika Serikat serta kawasan Amerika Selatan seperti Argentina. Faktor cuaca sangatlah menentukan panen kedelai.
Pada periode 2017-2018, minyak kedelai dapat turun menjadi 2 juta ton dibandingkan periode 2016-2017 berjumlah 2,4 juta ton. Untuk minyak rapak, malahan tidak ada penambahan pasokan di tahun depan. Produksi stagnan di kisaran 300 ribu ton.
Minimnya pasokan minyak nabati inilah yang menjadi kunci tinggi rendahnya harga CPO. “Hingga tahun depan, kita akan melihat stok sawit akan turun,” kata Dorab.
Alhasil, harga sawit akan bergerak antara US$735- US$800 per ton sampai Januari 2018. Dari Januari hingga Maret 2018, perkembangan pasokan minyak nabati untuk minyak kedelai dan minyak rapak di Eropa serta bunga matahari di Ukraina menentukan laju harga.
“Apabil pasokan tidak melonjak dan terjadi gangguan, maka harga CPO CIF Rotterdam lebih tinggi di kisaran US$ $850 pada Maret 2018,” paparnya.
Faktor pendorong lain harga CPO, dijelaskan Dorab, kenaikan harga minyak mentah ke level US$45- US$60 per barel. “Langkah The Federal Reserve melakukan pengetatan dan penaikan suku bunga acuan secara bertahap, serta penguatan dolar AS terhadap mata uang Brasil, Argentina, dan India. Juga tidak ada perang dagang,” paparnya.