JAKARTA, SAWIT INDONESIA – Pangsa pasar minyak goreng (migor) curah mulai turun tahun ini karena peralihan pemakaian migor curah menjadi kemasan sederhana. Gabungan Industri Minyak Nabati Indonesia ( GIMNI) memperkirakan tahun ini pangsa pasar migor curah di pasar ritel turun 4,50% menjadi 58,50% dari tahun lalu sekitar 63%.
“Kebijakan kewajiban (mandatori) minyak goreng kemasan menjadi salah satu pendorong turunnya migor curah,”kata Sahat Sinaga, Direktur Eksekutif GIMNI, pada Jumat (24/3).
Sahat menambahkan perbaikan ekonomi dan kenaikan produksi CPO dan CPKO menyebabkan porsi sejumlah segmen bertambah. Di sisi lain, peralihan migor curah ritel menjadi kemasan sederhana menambah porsi migor kemasan dan memangkas porsi mogor curah ritel.
Konsumsi minyak goreng (migor) curah segmen ritel mencapai 3,65 juta ton sepanjang tahun ini, atau naik 2,24% dari 2016 yang sebesar 3,57 juta ton.
Sepanjang 2016, penggunaan minyak sawit untuk produk pangan (food oil) mencapai 6,11 juta ton djtujukan untuk margarine shortening, specialty fat untuk industri dan bakery, migor kemasan bermerek hingga 25 kilogram (kg) termasuk untuk segmen hotel, restoran, dan katering (horeka), migor curah untuk industri seperti pabrik susu dan mi instan, serta migor curah ritel (loose cooking oil) yang masuk ke pasar tradisional.
Pada 2016, pangsa pasar masing-masing segmen tersebut adalah 7% untuk margarine shortening, specialty fat sekitar 5,70%, migor kemasan 10,40%, migor curah industri 14%, dan migor curah ritel sebesar 63%.
Pada tahun ini, pangsa pasar setiap segmen berubah, yakni menjadi 8,20% untuk margarine shortening, 7% untuk specialty fat, 12% untuk migor kemasan, 14,20% untuk migor curah industri, serta 58,50% untuk migor curah ritel.
Total konsumsi migor curah ritel 2016 adalah setara 3,57 juta ton, jumlahnya paling besar. Untuk tahun 2017, angka itu diprediksi berkisar 3,65 juta ton.
Menurut Sahat, konsimyang menjadi acuan pembicaraan kami dengan menteri perdagangan terkait kewajiban migor kemasan yang ditetapkan per 1 Januari 2018 yang bisa saja berubah menjadi lebih awal atau tetap.
Sementara itu, ujar dia, produksi minyak sawit mentah (crude palm oil/ CPO) dan minyak kernel (crude kernel palm oiV/CPKO) 2016 mencapai 35,65 juta ton. Angka itu diproyeksikan mencapai 38,70 juta ton pada 2017. Ekspor minyak sawit pangan (food oil) tahun ini diprediksi mencapai 17,10 juta ton atau naik dari 2016 yang mencapai 15,76 juta ton. Proyeksi 2017 bisa tercapai kalau pungutan atas ekspor migor kemasan hingga 25 kilogram (kg) direvisi dari saat ini US$ 20 per ton menjadi USS 2-3 per ton atau nol.
Tanpa revisi pungutan, ekspor food oil 2017 lebih rendah dari 2016 diperkirakan14,80-15 juta ton. Sahat menjelaskan ekspor turun karena produk kita akan kalah saing dengan Malaysia yang tidak dikenai pungutan. Saat ini, utilisasi industri food oil Malaysia sudah 110%, over time. Itu sebabnya, sar sekarang beli dari Indonesia kalau di Malaysia sudah habis.